Jakarta, CNN Indonesia --
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyatakan industri asuransi di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan bisnis yang kompleks. Hal itu ditandai oleh perubahan lanskap ekonomi, demografi, perilaku dan ekspektasi konsumen, serta inovasi teknologi yang semakin canggih.
Ketua Umum AAUI Dadang Sukresna mengungkapkan dalam menghadapi kerumitan tersebut, perusahaan asuransi di seluruh dunia tengah fokus mendorong penetrasi, menjaga kinerja keuangan di atas batas bawah demi mengatasi tantangan, dan bersaing dalam industri yang dinamis.
Hal itu disampaikannya dalam acara 24th Indonesia Rendezvous bertema 'Dari Potensi menjadi Realitas, 2019 dan selanjutnya' yang berlangsung pada 25-27 Oktober 2018 di Nusa Dua Bali. Ia berharap momentum tersebut dapat memberi kepastian terkait aspek regulasi, meningkatkan kesiapan industri asuransi domestik dan internasional untuk menghadapi tantangan masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Caranya, memanfaatkan peluang secara efektif dan beradaptasi dengan kondisi ekonomi saat ini," ujar Dadang Kamis (25/10).
Dalam kesempatan yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau agar di tengah tantangan yang terjadi pelaku industri asuransi bisa melengkapi diri dengan modal, tenaga ahli, dan sistem teknologi yang kuat.
Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank OJK Riswinandi mengatakan tantangan industri asuransi ke depan berat. Untuk 2019, tantangan akan datang dari aspek politik.
"Kami menyadari bahwa kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan pasar dan perubahan perilaku konsumen," katanya.
Maka itu, pelaku industri perlu mempercepat tingkat penetrasi menjadi lebih kompetitif demi pertumbuhan asuransi, dengan melakukan beberapa strategi.
Pertama, menjalankan kegiatan bisnis secara sehat, adil dan cara yang bijaksana dengan memprioritaskan penerapan manajemen risiko.
Hal itu perlu mengacu pada peraturan yang berlaku dan sesuai ketentuan praktik internasional.
Kedua, mendorong ketersediaan sumber daya manusia yang profesional secara aktif untuk agen,
underwriter, dan aktuaris dengan tingkat kualitas dan integritas yang tinggi.
Ketiga, mengoptimalkan kantor cabang untuk mendorong perkembangan literasi dan penetrasi asuransi.
Keempat, menciptakan produk asuransi baru untuk menjawab kebutuhan semua segmen masyarakat.
Kelima, memperluas saluran distribusi untuk menjangkau semua lapisan masyarakat, terutama dengan basis teknologi canggih.
Keenam, meningkatkan kualitas retensi memegang risiko dan memenuhi kapasitas asuransi dalam negeri untuk mengoptimalkan kegiatan penjaminan emisi.
Strategi terakhir, memberi layanan terbaik kepada pelanggan, terutama dalam proses klaim untuk memulihkan persepsi negatif publik tentang kesulitan klaim asuransi.
(lav/agt)