BI Proyeksi Konsumsi Masyarakat Tetap 5 Persen di Kuartal III

CNN Indonesia
Jumat, 26 Okt 2018 17:47 WIB
BI memperkirakan konsumsi masyarakat kuartal III 2018 tetap berada di kisaran 5 persen walau akan lebih rendah dibandingkan kuartal II yang 5,14 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo BI memperkirakan konsumsi masyarakat kuartal III 2018 tetap berada di kisaran 5 persen walau akan lebih rendah dibandingkan kuartal II yang 5,14 persen. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat konsumsi masyarakat kuartal III 2018 tetap berada di kisaran 5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Tapi mereka memperkirakan  pertumbuhan laju konsumsi tersebut akan lebih rendah dibanding kuartal II 2018 yang mencapai 5,14 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan proyeksi dibuat dengan mendasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mengalami inflasi rendah. Sampai September 2018, tingkat harga konsumen justru turun atau deflasi 0,18 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Sedangkan secara tahunan masih di kisaran 1,94 persen.

"Artinya, daya beli itu masih cukup bagus karena tingkat harga terkendali. Selain itu, upah pekerja di beberapa sektor juga naik," ucap Perry di Kompleks Gedung BI, Jumat (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyeksi juga dibuat dengan mendasarkan peningkatan indeks industri manufaktur (Prompt Manufacturing Index/PMI) pada kuartal III 2018 dibandingkan dua kuartal sebelumnya.

Dari sisi produksi, data bank sentral nasional menyebut volume produksi industri manufaktur berada di angka 55,18 persen atau lebih tinggi dari kuartal I dan II 2018 yang masing-masingnya 52,71 persen dan 54,39 persen.
Meski, dari sisi volume pemesanan sedikit menurun menjadi 53,37 persen pada kuartal III 2018 dari sebelumnya 54,37 persen pada kuartal II 2018. Namun, tetap lebih tinggi dari kuartal I 2018 sebesar 50,5 persen.

Perry bilang, hal tersebut menandakan permintaan (demand) dari masyarakat masih ada. Permintaan tersebut akan mendorong pergerakan roda industri. Meski, permintaan tidak setinggi kuartal II 2018 yang kebetulan bertepatan dengan masa Ramadan dan Lebaran.

"Jadi konsumsi pada kuartal III 2018 itu masih bagus di kisaran 5 persen. Buktinya pada PMI itu menunjukkan tingkat pesanan masih tinggi dari sekarang dan ke depannya," ujarnya.

Selain itu, Perry mengatakan proyeksi juga dibuat dengan mendasarkan pertumbuhan kredit bank yang masih melejit sampai kuartal III 2018 kemarin. Tercatat, pertumbuhan kredit bank tumbuh 11,34 persen pada Juli 2018.

Permintaan kredit kembali meningkat menjadi 12,12 persen pada Agustus 2018 dan kembali tumbuh ke 12,69 persen pada September 2018. Ia meyakini pertumbuhan kredit bukan hanya berasal dari permintaan korporasi, tapi juga masyarakat yang tercermin dari penyaluran kredit ke segmen konsumer.
"Bulan kemarin itu, pertumbuhan kredit mencapai 12,7 persen. Itu memberi bukti bahwa permintaan masyarakat juga mendorong permintaan terhadap kredit, sehingga bank salurkan kredit lebih tinggi," terangnya.

Ekonomi Keseluruhan

Sementara secara menyeluruh pada kuartal III 2018, bank sentral nasional memperkirakan ekonomi Tanah Air akan tumbuh di atas 5 persen atau di titik bawah target BI sebesar 5,0-5,4 persen pada tahun ini.

Menurut Perry, sumbangan utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan juga akan pula ditopang oleh pertumbuhan indikator investasi yang diperkirakan masih tumbuh di kisaran 7 persen pada kuartal III 2018.

"Investasi kuartal I 2018 sebesar 7,95 persen. Lalu, jadi 5,9 persen pada kuartal II. Tapi nanti masih bisa di atas 7 persen pada kuartal III. Sumbernya dari investasi bangunan dan non bangunan, terlihat juga dari PMI," jelasnya.

Meski begitu, ia tak memungkiri bila pertumbuhan impor yang masih tinggi akan tetap menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan indikator ekspor justru masih tumbuh terbatas.

"Ekspor ini memang karena pengaruh dari permintaan global yang masih agak sulit, kecuali ekspor manufaktur ke Amerika Serikat yang masih bagus. Meski, kalau ekspor komoditas itu agak kurang," pungkasnya.
(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER