Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) diprediksi menguat pada awal pekan ini, Senin (29/10).
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal III 2018 yang turun dibandingkan kuartal II 2018 berpotensi menahan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan pertumbuhan ekonomi AS per kuartal III 2018 hanya 3,5 persen, turun dibanding kuartal sebelumnya sebesar 4,2 persen.
"Hal ini bisa berdampak positif karena ada kemungkinan ke depannya The Fed tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunganya," papar Dennies melalui risetnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan suku bunga acuan merupakan musuh terbesar bagi pasar saham. Umumnya, IHSG bergerak melemah ketika The Fed dan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan.
Dennies pun memperkirakan IHSG pada hari ini akan bergerak dalam rentang
support 5.732-5.758 dan
resistance 5.800-5.816.
Di sisi lain, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengklaim penurunan pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam itu memang berdampak positif dari segi suku bunga acuan The Fed. Namun, kondisi ini juga akan membuat bursa saham Wall Street terkoreksi, sehingga memberikan sentimen negatif untuk bursa saham Asia dan indeks dalam negeri.
"Tapi ini juga masih dilihat bagaimana respons pasar (terhadap data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat)," kata Christine.
Untuk itu, ia memprediksi IHSG sepanjang hari ini bergerak dalam rentang
support 5.702 dan
resistance 5.848. Ia pun memperkirakan IHSG pada sepanjang pekan ini akan bergerak stagnan.
Akhir pekan lalu, IHSG pada ditutup di level 5.784. Dengan demikian, sepanjang pekan lalu indeks terkoreksi 0,9 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya di level 5.837.
Koreksi juga terjadi pada bursa saham Wall Street pada akhir pekan lalu, Jumat (26/10). Dow Jones turun 1,19 persen, S&P500 turun 1,73 persen, dan Nasdaq Composite turun 2,07 persen.
(aud/agi)