Jakarta, CNN Indonesia -- Jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 kembali menarik perhatian masyarakat pada bisnis
maskapai berbiaya murah (
Low Cost Carrier/LCC). Bisnis LCC tumbuh subur untuk memenuhi kebutuhan penerbangan di segmen masyarakat menengah ke bawah.
Tengku Burhanuddin, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (
Indonesia National Air Carrier Association/
INACA), mengungkapkan maskapai LCC bisa menawarkan harga tiket yang lebih terjangkau dibanding maskapai dengan layanan penuh (
Full Service Airline/FSA) karena mampu melakukan efisiensi pelayanan.
Misalnya, jarak antar kursi LCC biasanya lebih rapat dibandingkan FSA. Konsekuensinya, untuk jenis pesawat yang sama, kapasitas kursi LCC lebih banyak dibandingkan FSA. Kemudian, harga tiket maskapai LCC belum termasuk harga makanan penumpang. Umumnya, makanan dijual secara terpisah di luar tiket.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kapasitas bagasi penumpang LCC terbatas. Biasanya, harga tiket hanya mencakup bagasi kabin dengan berat maksimal 7 kilogram (kg). Jika membawa banyak koper, penumpang harus membeli jatah bagasi tambahan yang dijual terpisah dari harga tiket.
"Kalau FSA, ada layanan yang langsung diberikan oleh maskapai misalnya jarak kursi tidak boleh sempit, penumpang diberikan makan, dan awak kabinnya lebih banyak," ujar Tengku kepada CNNIndonesia.com, Selasa (30/10).
Kendati demikian, maskapai LCC tidak memangkas biaya terkait perawatan dan keselamatan. Tengku menegaskan untuk satu jenis pesawat yang sama biaya perawatan yang dikeluarkan oleh maskapai FSA dan LCC sama. Pasalnya, perawatan pesawat telah ada ketentuannya.
Jika maskapai melakukan efisiensi di bidang perawatan sehingga mengancam keselamatan penumpang dan awak pesawat, pada akhirnya maskapai yang akan merugi sendiri.
"Kalau untuk perawatan mesin semua pesawat sama. Itu suatu keharusan. Tidak ada bedanya antara LCC dan FSA," ujarnya.
Terkait jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 awal pekan ini, Tengku menyampaikan rasa prihatin dan duka cita. Namun, Tengku enggan menduga-duga penyebab kecelakaan pesawat naas itu.
"Kita tunggu saja keterangan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi yang memiliki wewenang untuk menjelaskan," ujarnya.
(lav)