RI-Singapura Teken Perjanjian Repo dan Swap US$10 Miliar

CNN Indonesia
Senin, 05 Nov 2018 13:33 WIB
Perjanjian antara BI dan Bank Sentral Singapura memungkinkan keduanya mendapatkan akses likuiditas dalam valas dari satu sama lain jika dibutuhkan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Direktur Pelaksana MAS Ravi Menon. (bi.go.id)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) meneken perjanjian keuangan bilateral senilai US$10 miliar atau sekitar Rp150 triliun. Perjanjian tersebut memungkinkan kedua bank sentral mendapatkan akses likuiditas dalam valuta asing dari satu sama lain jika dibutuhkan guna menjaga stabilitas moneter dan keuangan.

Perjanjian tersebut diteken Gubernur BI Perry Warjiyo dan Direktur Pelaksana MAS Ravi Menon, pada hari ini (5/11) di Singapura dan akan berlaku selama lima tahun. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara Presiden Joko Widodo, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 11 Oktober 2018, di Bali.

"Kerja sama ini mengindikasikan komitmen kedua otoritas untuk menjaga stabilitas keuangan regional di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global," ujar Perry dalam keterangan resmi, Senin (5/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Perry menjelaskan perjanjian keuangan bilateral ini terdiri atas dua perjanjian. Pertama, perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal. Perjanjian ini merupakan perjanjian baru yang memungkinkan pertukaran mata uang lokal di antara kedua bank sentral hingga senilai 9,5 miliar dolar Singapura atau Rp 100 triliun (sekitar US$7 miliar).

Kedua, perjanjian repo bilateral dalam valuta asing. Perjanjian ini merupakan amandemen terhadap perjanjian yang sudah ada sebelumnya, yaitu berupa penambahan nilai repo dari sebelumnya 1 miliar dolar AS menjadi 3 miliar dolar AS.

Melalui perjanjian ini. kedua bank sentral dapat memperoleh likuditas valuta asing dalam dolar AS dengan kolateral berupa obligasi pemerintah yang dikeluarkan oleh negara-negara utama.


Sementara Manon menyebut fundamental ekonomi di negara-negara kawasan sebenarnya masih kuat. Namun, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, para pelaku di pasar keuangan terkadang bereaksi berlebihan.

"Perjanjian keuangan bilateral ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kepercayaan para investor," terang dia. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER