Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen baru Asuransi Jiwa Bersama
(AJB) Bumiputera 1912 mengaku bakal mengkaji ulang program restrukturisasi yang sebelumnya telah dijalankan
pengelola statuter. Pada tahap awal, perusahaan berencana mengembangkan digitalisasi layanan guna menghidupkan kembali bisnis.
Direktur Utama AJB Bumiputera Sutikno Sjarif mengaku belum memiliki rencana konkret terkait proses restrukturisasi perusahaan. Ia mengaku masih membutuhkan waktu untuk menyeleksi program restrukturisasi yang dulu dilakukan oleh pengelola statuter.
"Pengelola statuter bukan bagian dari AJB Bumiputera lagi, program mereka yang bagus dilanjutkan tapi kami akan eksplor satu-satu," ujar Sutikno di Jakarta, Senin (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya, menurut dia, juga masih mengkaji rencana penjualan aset properti yang dulu sempat disampaikan oleh pengelola statuter disebut Sutikno akan dikaji oleh manajemen baru. Namun, ia menekankan penjualan aset baik nonfinansial dan finansial di sebuah perusahaan asuransi merupakan hal yang biasa untuk membayar klaim nasabah.
"Jadi itu bukan hal yang aneh lagi, ini biasa jual-jual aset untuk perusahaan asuransi," tegas dia.
Yang pasti, kata Sutikno, pihaknya tak akan membiarkan pembayaran klaim terus menjadi masalah bagi manajemen. Manajemen memprioritaskan pembayaran klaim untuk nasabahnya.
"Sejak Januari sampai Oktober 2018, AJB Bumiputera telah membayar klaim kepada nasabah Rp3,3 triliun," jelas Sutikno.
Sutikno tak menjelaskan lebih lanjut berapa jumlah utang klaim yang belum dibayarkan perusahaan hingga saat ini. Ia juga mengaku masih membutuhkan waktu untuk memastikan berapa aset dan premi perusahaan per Oktober 2018.
"Saya kan baru tujuh hari nih, masih butuh waktu. Mohon kasih saya waktu ya. Tapi mungkin premi lebih rendah ya dari klaim," jelasnya.
Guna menghidupkan bisnis perusahaan, menurut Sutikno, pihaknya berencana mengembangkan digitalisasi layanan, baik untuk proses pengajuan untuk produk baru maupun pencairan klaim nasabah. Ia bahkan bermimpi membuat fasilitas tanya jawab secara daring antara nasabah dengan petugas asuransi.
"Jadi untuk klaim lalu penebusan polis itu bisa digitalisasi. Lalu ada fasilitas
chat seperti perusahaan-perusahaan canggih di luar negeri," kata dia.
Dengan konsep serba digital, Sutikno cukup percaya diri penetrasi dan kepercayaan AJB Bumiputera di mata masyarakat bisa kembali tumbuh sampai pelosok daerah. Sebab, fasilitas digital bisa mempercepat proses pengajuan produk baru atau klaim.
"Itu saya bilang misalnya ya tadinya 21 hari (proses) nanti bisa jadi satu hari saja," tutur Sutikno.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada awal bulan ini mengangkat direksi baru AJB Bumiputera guna menggantikan posisi pengelola statuter. AJB Bumiputera sendiri menghadapi persoalan keuangan beberapa tahun terakhir, karena posisi keuangan antara nilai premi dan klaim yang tak seimbang.
Pada Mei 2018 kemarin, OJK menyebut jumlah klaim yang harus dibayarkan AJB Bumiputera sekitar Rp1 triliun. Sementara, pengelola statuter AJB Bumiputera Bidang Sumber Daya Manusia, Umum, dan Komunikasi Adhi Masardhi mengatakan jumlah klaim yang diajukan oleh pemegang polis biasanya berkisar Rp300 miliar-Rp400 miliar per bulannya.
AJB Bumiputera pun telah mencairkan aset finansialnya sebesar Rp2 triliun per Maret kemarin demi membayar klaim kepada nasabah. Sehingga, total aset finansial perusahaan pada awal tahun ini hanya Rp4,5 triliun.
(aud/agi)