Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Investree Radhika Jaya mengklaim tingkat bunga terendah yang dibebankan perusahaan teknologi finansial (
fintech) kepada peminjam adalah 12 persen. Sedangkan
bunga tertinggi dipatok di level 20 persen.
Secara rinci, penghitungan bunga tersebut berbasis pada tingkat risiko yang dihasilkan dalam proses
credit-scoring yang dilakukan oleh pihaknya. Dimana, peminjam dengan tingkat risiko rendah akan dikenakan bunga 12%-16% per tahun. Lalu, tingkat risiko menengah akan dikenakan bunga 18%, dan tingkat risiko tinggi akan dikenakan bunga 20% per tahunnya.
Menurut
Co-Founder dan
CEO Investree Adrian Gunadi, proses
credit-scoring ini digunakan untuk melihat kelayakan dari calon peminjam yang merupakan karyawan di perusahaan yang bermitra dengan
Fintech ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"
Borrower dengan tingkat kelayakan rendah akan mendapatkan bunga tinggi karena termasuk dalam kategori risiko tinggi. Sebaliknya
borrower dengan tingkat kelayakan tinggi akan mendapatkan bunga rendah karena termasuk dalam kategori minim risiko," urai Adrian Gunadi dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (13/11).
Sebagai informasi, dalam melakukan proses transaksi peminjaman ini, perusahaan akan menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat calon peminjam bekerja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk klarifikasi kesanggupan bayar dari data personalia karyawan yang mengambil pinjaman.
Ia memaparkan bahwa proses tersebut yang membedakan Pembiayaan Karyawan Investree dengan produk umum sejenis seperti Kartu Kredit atau Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang memberlakukan biaya bunga tetap tanpa melihat faktor-faktor lain.
Di lain sisi, di luar biaya bunga, terhadap beberapa daftar biaya yang akan diberlakukan bagi peminjan, yakni biaya
marketplace, keterlambatan, dan asuransi. Dalam hal ini, biaya asuransi hanya berlaku bagi pinjaman personal/pembiayaan karyawan yang mewajibkan peminjam untuk berpartisipasi pada asuransi jiwa kredit.
"Untuk syarat meminjam, pinjaman yang bersedia di Investree bersifat
business-to-business (B2B)," jelasnya.
(mjo/agt)