Jakarta, CNN Indonesia --
Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kelompok masyarakat tersebut belum memiliki sanitasi yang baik.
Maka KemenPUPR mendirikan beberapa lokasi Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R). Menariknya, program ini juga diselaraskan dengan bidang pendidikan. Contohnya, di lokasi Sanimas maupun TPS3R turut dibangun fasilitas tambahan seperti perpustakaan, taman baca, dan sarana edukasi tentang tata kelola sampah untuk generasi muda. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bangka Barat, Kota Bogor, dan Kota Makassar.
Desa Pagarawan, Bangka Barat memiliki Taman Baca Nurul Hikmah. Perpustakaan mini ini hadir sebagai fasilitas pendukung Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat(SPALD-T) komunal yang dibangun dengan pendanaan APBN tahun 2016 senilai Rp 400 juta. Sedangkan untuk buku, didonasikan dari pemerintah desa dan satuan kerja pembangunan sistem penyehatan lingkungan bermukim atau Satker PSPLB Provinsi Bangka Belitung.
"Dulunya belum ada bangunan seperti ini, sekarang sudah ada. Sukanya banyak buku-buku yang memberi pengetahuan," ujar anak yang tinggal di Desa Pagarawan, Refina.
Desa Pagarawan termasuk desa penghasil lada putih yang rata-rata warganya belum memiliki tanki septik terstandar. Sehingga masih ada air limbah yang tergenang di lingkungan rumah warga. Selain itu, air limbah tersebut mencemari tanah dan sumur.
"Dari TPS juga sudah menerangkan, dari kita sendiri juga memberikan gambaran pada warga bahwa SPALD-T komunal itu sedang dikembangkan, baik dalam negeri maupun di luar negeri," ujar Kepala Desa Pagarawan, Ahmad Zainudin.
Ia menjabarkan sistem SPALD-T komunal membuat air limbah tidak tercecer lagi, melainkan dikumpulkan di satu tempat.
"(Ide perpustakaan di atas SPALD-T komunal) kami berembuk dengan perangkat desa, rencana ke depan kita sudah berembuk dengan pihak pemerintahan desa bahwa pemanfaatannya tidak hanya taman baca untuk anak-anak, tapi dari desa akan menyediakan Wi-Fi," ungkap Ketua KSM Pagarawan Sehat, Sulaeman.
Sementara di Bogor, tata kelola sampah juga dapat berjalan beriringan dengan kegiatan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan warga Kampung Muncang, Kelurahan Cipaku, Bogor Selatan. Beberapa tahun silam, warga belum memahami tata kelola sampah hingga kondisi berangsur membaik sejak TPS3R dibangun dan diresmikan pada 2015 dengan dana bersumber dari APBN. Setelah TPS3R dibangun, muncul Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ciremai.
TPS3R tersebut dapat melayani 360 kepala keluarga dan mampu mengelola sampah 8 meter kubik per hari. Pengelolaan mandiri berbasis masyarakat melibatkan seluruh warga. Menariknya lagi, KSM Ciremai giat menyebarluaskan semangat tata kelola sampah yang inovatif melalui pendidikan. Mereka menjalin kerja sama dengan kuartir pramuka serta mengajak adik-adik siswa aktif belajar tentang pengelolaan sampah.
"Pertama pengangkutan sampah dari depan rumah warga, pemilahan, pengomposan, budaya magot, budaya lele, ternak kambing," ujar Ketua KSM Legok Muncang, Amiharja.
Tidak hanya bermanfat bagi pendidikan, TPS3R ini sudah berhasil menciptakan kegiatan produktif dengan mengolah sampah organik menjadi kompos dan bahan baku biogas. Dikarenakan pengelolaan sampah dengan baik, kini sungai yang ada menjadi lebih bersih. Hal tersebut dikarenakan sampah-sampah tersebut menjadi lebih bermanfaat seperti biogas. Bahkan pengelolaan sampah organik juga dapat dijadikan pakan ternak ikan lele.
Keberadaan TPS3R ini juga mampu menggerakkan pekerja dari warga setempat, para pemuda, dan ibu-ibu rumah tangga. Selain kesejahteraan tercipta dari lapangan kerja, warga juga merasakan hal baik di lingkungan tempat tinggalnya seperti lebih bersih dan sehat.
Keberhasilan pengelolaan sampah KSM Ciremai turut menjadi materi edukasi bagi banyak pihak, terutama generasi muda. Setiap pekan selalu ada sekolah atau perguruan tinggi yang datang berkunjung. Bahkan TPS3R ini sudah bisa menghasilkan dan menjual hasil pilahan sampah anorganik.
Perlu diketahui, penjualan pupuk kompos dan pupuk organik menghasilkan barang bernilai serta pupuk digunakan untuk pembibitan tanaman unggul hortikultura. Dengan adanya TPS3R, tidak ada lagi sampah yang terbuang sia-sia atau mencemari sungai semata karena semuanya bisa diolah menjadi hasil yang luar biasa.
Begitu pula dengan yang terjadi di Makassar. Khususnya di TPS3R Kelurahan Pay, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. TPS3R yang lokasinya berada di lingkungan pesantren ini memiliki pengelolaan sampah yang baik. Penjemputan sampah dilakukan tiap pagi untuk mencegah sampah menjadi busuk. Kemudian dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Pemilahan sampah anorganik ini dapat dijual langsung kembali sehingga menjadi salah satu pendapatan warga.
Selain itu, sampah dapat diolah menjadi kompos dan dijadikan media tanaman hias yang nantinya dijual kembali. Manfaat pengelolaan sampah yang baik juga dirasakan oleh warga. Salah satunya Nashrurrahman yang mendapatkan manfaat pengangkutan sampah yang dilakukan setiap hari.
"Sampah sudah diambil setiap hari sehingga tidak bau. Tidak sibuk lagi bakar-bakar dan menimbulkan polusi kan. Bahkan kita juga bisa minta komposnya untuk tanam bunga seperti ini," ujar Nasrurrahman.
TPS3R ini juga telah difasilitasi dengan hanggar dan kantor KSM yang sangat memadai. Setelah dipilah, sampah organik diolah menjadi kompos. Dimulai dari pencacahan, fermentasi, hingga pengayakan, dan siap digunakan. Pupuk kompos tersebut digunakan untuk tanaman yang ada di sekitar lingkungan.
Di ponpes ini juga dibangun SPALD-T komunal karena santri memiliki permasalahan yang pelik dalam hal pembuangan air limbah. Sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan santri dan mencemari sungai di dekatnya.
"Karena Masalah sanitasi anak santri sedikit bermasalah, sering ada bau busuk sehingga pemerintah melihat ini perlu ada SPALD-T komunal. Sejak pesantren berdiri dari 1992, kesumbat, belum lagi bau busuk," ujar anggota KSM sekaligus pengelola pesantren, Ustaz Ismail.
Manfaat hadirnya SPALD-T komunal langsung dirasakan oleh santri dan warga sekitar karena tidak ada bau menyengat lagi di beberapa titik. Bahkan pembangunan SPALD-T komunal dapat dimanfaatkan oleh santri sebagai pembelajaran di luar ruangan. Hal ini jugalah yang membuat santri dan pengasuh pondok pesantren dapat memiliki sarana sanitasi yang layak. Maka bisa dikatakan program IBM dari KemenPUPR turut berperan memajukan pendidikan di Indonesia. (adv/adv)