Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan sistem pembayaran di Indonesia tengah memasuki babak baru dengan munculnya
Qiuck Response (QR) Code. Dengan
QR Code, transaksi pembayaran tidak lagi perlu menggunakan
uang tunai, tetapi menggunakan
saldo di akun penggunanya.
Prinsip transaksi ini sebenarnya serupa dengan transfer saldo antar rekening bank; akan ada perpindahan dana dari pemilik rekening satu ke yang lainnya. Bedanya, transaksi ini tak lagi memerlukan nomor rekening tujuan transfer seperti ketika melakukan transaksi melalui aplikasi
mobile banking dan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Namun, pengguna yang ingin memindahkan dana cukup memindai kode yang dimiliki pengguna yang dituju. Ketika kode berhasil terekam, maka proses transfer dana berhasil dilakukan sesuai dengan nominal transfer yang disetujui penggunanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, sudah ada beberapa perusahaan yang menyediakan jasa keuangan ini, seperti; Gojek Indonesia yang memiliki dompet digital bertajuk Gopay, T-Cash dari Telkomsel dan OVO dari Visionet International yang masih terafiliasi dengan Grup Lippo.
Bahkan, beberapa bank konvensional umum juga ikut-ikutan meluncurkan metode pembayaran berbasis
QR Code. Misalnya, BNI dengan aplikasi bernama
Yap!, BRI dengan
My QR,
Mandiri Pay milik Bank Mandiri, dan
QRku oleh BCA. Mayoritas, transaksi pembayaran
QR Code bisa digunakan untuk pengeluaran harian dengan nominal kecil, seperti; makan, perlengkapan pribadi, pakaian, hingga tagihan listrik dan telepon.
Kendati begitu, standar resmi transaksi
QR Code sejatinya belum diluncurkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai regulator sistem pembayaran. Namun, izin dari bank sentral nasional ini telah dikantongi oleh beberapa pemain. Kehadiran perusahaan dan layanan
QR Code tersebut juga sudah mulai banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Febianca Putri (25), pegawai sebuah perusahaan swasta di Jakarta misalnya, mengaku sudah menggunakan layanan transaksi pembayaran
QR Code sejak setahun terakhir. Bahkan, ia bilang, frekuensi transaksi pembayarannya melalui
QR Code telah melebihi penggunaan kartu debit yang juga dimilikinya.
"Sekarang kalau makan di restoran atau belanja di toko lebih sering pakai
Gopay. Tinggal di-
scan, lalu bayar, tidak perlu repot-repot keluarkan uang dan kartu debit dari dompet," ucapnya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Jumat (7/12).
 (Istockphoto/https://www.facebook.com/PlargueDoctor/) |
Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat ia lebih doyan menggunakan metode pembayaran berbasis
QR Code.
Pertama, banjir diskon dan promo yang diberikan oleh penyedia jasa layanan. Maklum saja, karena masih terbilang baru di tanah air, maka para pemain tengah gencar mempromosikan layanan yang dimiliknya.
"Sekarang kalau mau makan di luar, kadang disesuaikan dengan toko mana yang lagi ada promo
Gopay-nya," katanya.
Kedua, transaksi terbilang mudah, baik ketika melakukan pembayaran dan pengisian saldo. Sebab, jarang sekali ia mendapati gangguan ketika transaksi dengan
QR Code. Selain itu, pengisian saldo bisa dilakukan melalui transfer dari rekening bank dan agen aplikasi penyedia jasa.
Ketiga, membuat arus kas lebih tertata. Pasalnya, semua transaksi tercatat dan ia bisa mengatur pengeluaran sesuai dengan saldo yang disisihkan ke akun dompet digital setiap bulannya. "Biasanya saya batasi saldonya hanya Rp150-300 ribu per bulan, tujuannya juga biar lebih disiplin dengan pengeluaran," terangnya.
Kendati begitu, menurutnya, penggunaan transaksi pembayaran QR Code yang terlalu mudah dan menawarkan banyak promo terkadang membuatnya lebih konsumtif. "Tapi kalau lagi mau irit, ini sebenarnya juga membantu, sih, asal pintar-pintar kelola saja," ujarnya.
Di sisi lain, Febianca rupanya juga tidak khawatir bahwa kemudahan transaksi ini memiliki risiko. Misalnya, pembobolan dana atau transfer ke akun-akun pengguna yang tidak dikenalinya.
Sebab, sejatinya selalu ada permintaan pin pengaman sebelum menyetujui transaksi. "Sejauh ini tidak pernah ada permintaan login atau transfer ke nomor akun yang tidak dikenal, jadi rasanya aman-aman saja," imbuhnya.
Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning Agustina Fitria Aryani mengatakan memang metode pembayaran berbasis QR Code ini bisa dijadikan alternatif baru bagi transaksi masyarakat. Apalagi, strategi promo dan diskon dari penyedia jasa layanan sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mengatur pengeluaran agar lebih hemat.
"Asal bisa membedakan, mana yang benar-benar keperluan, kebutuhan, dan hanya keinginan semata. Kalau memang bisa dapat diskon, bisa jadi cara lain untuk berhemat dan menabung," jelasnya.
Namun, lantaran terbilang baru, menurutnya, tidak ada salahnya bila pengguna lebih berhati-hati. Caranya, dengan tidak memasukkan saldo yang terlalu banyak pada satu akun yang bisa melakukan transaksi pembayaran dengan
QR Code.
Apalagi, jenis pengeluaran dengan metode transaksi ini biasanya bernominal kecil, maka memang tak perlu juga terlalu banyak mengendapkan saldo di dalam satu akun. "Tinggal diatur, misal bayar makan dan transportasi lebih sering dan hemat pakai aplikasi A, kalau bayar-bayar tagihan ternyata lebih hemat pakai aplikasi B, saldonya disesuaikan saja," tuturnya.
Sayangnya, menurut pakar keamanan siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya, sejatinya selalu saja ada risiko dibalik teknologi baru, termasuk transaksi pembayaran menggunakan QR Code. Sebab, metode ini membuat pengguna tidak perlu repot memasukkan nomor rekening pengguna yang dituju.
Ia bilang, mekanisme ini bisa saja dimanfaatkan oknum tak bertanggung jawab dengan cara mengirimkan QR Code palsu via aplikasi pesan singkat. Kemudian, pengirim tinggal mengambil QR Code yang sudah tersimpan di galeri ponsel untuk melakukan pemindaian.
"Kalau saya minta kamu transfer ke saya Rp1 juta, saya kasih nomor rekening, nama bank. Kamu harus daftarkan dulu nomor rekening, lalu waktu transfer akan minta
OTP One Time Password (bisa token bisa SMS). Jadi ada
cross check," katanya.
 (Istockphoto/manfeiyang) |
"Kalau
QR Code, nasabah hanya mendapatkan satu kali konfirmasi apakah benar mau transfer ke nama ini? Tanpa OTP, tanpa daftar rekening/token. Kalau langsung masukkan PIN ya sudah jalan," lanjutnya.
Kendati begitu, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko memastikan penggunaan transaksi pembayaran QR Code aman bagi masyarakat. Hal ini lantaran bank sentral nasional selaku regulator telah melakukan kajian, penciptaan standar, hingga pengujian secara terbatas (
piloting) metode pembayaran ini. "Bahkan standarnya sudah diuji," ungkapnya.
Sementara dari sisi tidak adanya permintaan OTP yang menambah ketat persetujuan transfer dana, Onny bilang, sejatinya hal itu ada dalam proses pemindaian. "Sebenarnya ada yang disebut meng-
generate kode baru ketika transaksi di sistem, itu menjadi pengaman penggunaan
QR Code," pungkasnya.
(agt)