Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga
Saham Gabungan (
IHSG) diproyeksi kembali terperangkap di zona merah pada hari ini, Selasa (18/12), akibat peningkatan imbal hasil (
yield) obligasi
Amerika Serikat (AS).
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan kondisi ini memancing maraknya aksi jual, khususnya dari pelaku pasar asing. Tak heran, mereka tercatat melakukan jual bersih (
net sell) di pasar reguler sebesar Rp476,88 miliar.
"Pelemahan rupiah juga masih akan menghalangi pergerakan IHSG," kata Reza dalam risetnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, rupiah masih saja bergerak di area Rp14.500-Rp14.600 per dolar AS. Artinya, mata uang nasional itu belum kembali ke titik penguatannya yang sempat di area Rp14.200-Rp14.300 per dolar AS pada awal bulan ini.
"Antisipasi dan tetap cermati (IHSG) masih adanya potensi pelemahan," ucap Reza.
Ia meramalkan titik batas terbawah IHSG hari ini berada di level 6.058-6.076. Sementara, titik batas atas indeks diproyeksikan di level 6.105-6.120. Reza berharap ada perbaikan dari sisi rupiah dan bursa global agar pelemahan indeks bisa terbatas.
Sementara itu, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menilai pelaku pasar cenderung menunggu (
wait and see) menanti keputusan The Fed terkait potensi kenaikan suku bunga acuannya akhir tahun ini. Artinya, jumlah transaksi berpeluang semakin turun dari sebelumnya.
"IHSG diprediksi melemah,
support 6.032-6.060
resistance 6.145-6.202," papar Dennies melalui risetnya.
Adapun, pelemahan IHSG kemarin cukup terjal hingga 1,3 persen atau 80,53 poin ke level 6.089. Mayoritas atau sebanyak 264 saham bergerak melemah.
Pelemahan itu juga seiring dengan pergerakan bursa saham Wall Street tadi malam. Terpantau, Dow Jones turun 2,11 persen, S&P500 turun 2,08 persen, dan Nasdaq Composite turun 2,27 persen.
(aud/lav)