Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah bekerja mati-matian, tapi masih merasa besar pasak daripada tiang? Mungkin, ini saatnya bagi Anda mencari uang sampingan di luar
pekerjaan utama. Apalagi, era digital memungkinkan siapapun memulai
bisnis dengan bermodalkan kuota dari ponsel pintar.
Bisnis
online shop kecil-kecilan sangat mungkin. Anda tak perlu pusing memikirkan modal membeli atau menyewa toko untuk menjual produk. Apalagi, ada segudang market place yang menawarkan Anda membuka lapak. Anda cuma perlu memikirkan produk yang akan ditawarkan dan memasarkannya.
Apabila Anda berselancar ke media sosial, seperti Instagram, Line, dan Facebook, ada bejibun pengusaha kecil-kecilan yang menawarkan beragam produk. Bahkan, mereka yang tak bermodal pun bisa menawarkan jasanya menjadi perantara untuk membawa titipan Anda. Istilahnya, jastip alias jasa titip.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat bisnis dan investasi DK Consulting Djoko Kurniawan mengatakan dua pilihan produk yang bisa ditawarkan calon pengusaha pemula. Yakni, produk yang masih sepi ditawarkan oleh pasar dan produk yang sedang banyak diburu konsumen.
"Kalau memilihnya produk yang pasarnya sepi, konsekuensinya ya harus ada edukasi lebih. Lalu kalau ingin menjual produk yang memang sudah ramai di pasaran, ya artinya butuh cari keunikan atau nilai tambah," ungkap Djoko kepada CNNIndonesia.com, Senin (17/12).
Djoko juga mengingatkan untuk tak egois dalam berbisnis. Misalnya, produk yang dijual bukan hanya yang menjadi kesukaan Anda sebagai calon pebisnis, melainkan apa yang lebih dibutuhkan oleh pasar.
Setelah itu, meski berjualan di media sosial simpel, tapi Anda tetap butuh modal usaha. Sumbernya bisa dari mana saja, misalnya orang tua, tabungan, atau pinjaman. Yang pasti, modal usaha itu perlu dicatat rapi dalam pembukuan dan dikembalikan di saat bisnis online sudah membukukan laba bersih.
"Ini kadang menjadi penyakit anak muda, lupa sama modal. Apalagi, kalau diberikan oleh orang tua. Seringkali itu dianggap gratis, untuk membangun bisnis profesional, penting untuk selalu mencatat semua dan modal dianggap utang," papar Djoko.
Dengan menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dikembalikan, hal itu akan membangun mental dan semangat yang lebih gigih buat Anda. Berbeda bila Anda menganggap modal itu gratisan, semangat membangun bisnis online agar cepat berkembang menjadi tumpul.
"Kalau pun itu uang sendiri, itu juga harus dicatat dan diganti. Anggap modal usaha dari orang siapa pun itu sebagai dana dari investor," tegasnya.
Setelah produk yang akan dijual dan modal sudah siap, Anda hanya tinggal perlu menentukan channel atau jalan mana yang akan digunakan untuk memasarkan produk Anda. Sebagai pemula, ia menyarankan untuk menggunakan semua channel dari media sosial sampai e-commerce.
"Jadi istilahnya 'nebeng' saja dulu dengan e-commerce yang lagi terkenal, seperti Shopee atau apa misalnya. Tapi, dipasang juga tulis alamat media sosial Anda apa, website kalau ada," tutur Djoko.
Dengan begitu, pelan tapi pasti, konsumen akan menyambangi toko online Anda secara perlahan nantinya. Sebab, ia menyebut sulit bagi pebisnis online baru jika mengandalkan satu channel saja.
"Apalagi e-commerce besar juga banyak sekali promo, misalnya ongkos kirim gratis," imbuh Djoko.
Setelah toko online mulai beroperasi, Anda sebagai pemilik juga harus konsisten dalam berbisnis. Contoh mudahnya, pebisnis harus memastikan persediaan produk yang dijual. Jangan sampai masyarakat yang tertarik sudah banyak, tapi persediaan tak mencukupi.
"Tiap hari juga harus diatur tampilan toko online Anda, misalnya instagram fotonya diperbarui terus," katanya.
Pengamat Teknologi Heru Sutadi menuturkan bagi Anda yang ingin terjun dalam bisnis online, maka hal utama yang perlu dipikirkan adalah produk yang saat ini menjadi persoalan di masyarakat.
"Misalnya seperti ojek online, dulu kan orang mungkin susah mencari ojek di pangkalan. Lalu, harga juga tidak transparan. Kemudian, solusinya ada ojek online itu, bisa lebih murah dan mudah," papar Heru.
Selanjutnya, e-commerce juga menjadi salah satu jawaban bagi kebiasaan masyarakat yang kini mulai berubah, di mana mereka lebih ingin segala sesuatunya praktis. Hanya berdiam diri di rumah, tapi tetap bisa membeli barang yang diinginkan dan dibutuhkan.
"Orang malas jalan kaki tetap bisa belanja, jadi berbisnis dengan menjawab tantangan di masyarakat, hadirlah untuk menjadi solusi begitu," terang dia.
[Gambas:Instagram]
Contoh nyata, pemilik toko online @ceraofficial di Instagram bernama Putri Ayu Lestari menceritakan awal kisah membangun bisnis online-nya hanya karena teman-temannya suka dengan desain baju formal yang dibuat oleh Putri.
Perempuan berumur 24 tahun ini menyebut dulunya ia suka memesan baju formal ke tukang jahit dengan desain sendiri karena sulit mencari pakaian yang sesuai dengan keinginannya.
"Saat saya membuat baju sendiri, ternyata banyak yang suka dan ingin beli. Saat itu memang masih jarang merek lokal yang menjual pakaian siap pakai untuk baju-baju pesta," cerita Putri.
Kisah yang sama yang diungkapkan oleh Ghoida Rahmah, salah satu pemilik toko online @medallion_id juga melihat peluang dari kebutuhan masyarakat yang suka dengan kado berupa rangkaian bunga. Beberapa waktu lalu, ia mencermati harga penjualan rangkaian bunga masih terlalu mahal bagi anak muda dan rumit dalam hal pemesanan.
[Gambas:Instagram]
"Makanya, saya ingin memecah stigma dengan menawarkan konsep rangkaian bunga yang lebih dinamis. Harga bisa di bawah Rp100 ribu dan pemesanan satu h-1," tutur Ghoida.
Kendati membesarkan usaha sendirian, Djoko mengingatkan untuk tak lupa mengambil gaji untuk diri Anda sendiri sebagai pemilik dari toko online. Ini penting untuk membuat bisnis online itu profesional ke depannya.
Gaji itu harus dibayar setiap bulan. Kalau pun Anda memutuskan untuk tak mengambil gaji dan dianggap sebagai modal tambahan, maka wajib dicatat sebagai tambahan modal dalam pembukuan toko online Anda.
"Tapi kalau memang misalnya toko online-nya untungnya belum seberapa, tidak apa-apa tak segera dibayar, tapi harus dicatat sebagai utang," tutur Djoko.
Hal itu, sambung dia, bisa juga menjadi tolak ukur apakah berbisnis online ke depannya saja bisa cukup untuk menopang hidup atau menjadi mata pencarian utama bagi Anda.
Selain gaji, calon pengusaha online juga harus bijak dalam mengelola waktu dalam mengurusi toko online dan waktu pribadinya. Bahkan, jika Anda seorang karyawan dan menjadikan bisnis online sebagai bisnis sampingan, maka ini juga tambahan tantangan untuk Anda.
"Bagi mereka yang memiliki toko online, tapi juga bekerja, mereka harus komitmen tidak apa-apa buka toko online nya sepulang kerja tapi harus komitmen. Jangan sampai konsumen sudah menghubungi untuk memesan tidak dibalas-balas pada jam buka itu," jelas Djoko.
Kemudian, jangan sekali-kalinya mencampuradukkan pekerjaan di kantor dengan usaha online pribadi. Misalnya, memanfaatkan jam kerja di kantor untuk mengurusi bisnis online. Hal itu akan memunculkan mental berbisnis yang buruk. "Jadinya kan korupsi waktu. Itu tidak bagus. Semua harus berimbang. Jangan campur-campur. Ini juga agar fokus tidak setengah-setengah," katanya.
Sebagai salah satu pebisnis online yang juga bekerja di perusahaan swasta, Ghoida mengaku tak pernah membeda-bedakan pekerjaannya di kantor dan bisnis online. Keduanya sama-sama menjadi prioritas.
"Saya biasanya mengurus bisnis online mulai dari sore dan malam sepulang kantor dan pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke kantor. Pandai-pandai membagi waktu memang jadi kunci," cerita Ghoida.
Ketika waktu mengurusi bisnis online itulah ia gunakan untuk berbelanja bunga dan berbagai peralatan pembuatan rangkaian bunga lainnya, serta menghias rangkaian bunga. Kebetulan, ia menjalankan bisnis ini bersama dua teman lainnya.
Tak sia-sia, kerja kerasnya membuahkan hasil. Meski baru dibentuk pada Januari 2018 kemarin, tapi kini omzetnya sudah mencapai Rp7-Rp10 juta per bulan. Padahal, pada saat awal berdiri omzetnya hanya Rp2 juta per bulan.
"Cara pemasarannya kami lebih banyak di Instagram, sisanya ada di Facebook page, website, dan Google juga untuk menjangkau pelanggan dari luar kota, bahkan luar negeri," lanjut Ghoida.
Lain cerita dengan Putri. Ia menjadikan @ceraofficial sebagai bisnis utamanya. Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini memilih tak bekerja di perusahaan dan fokus pada bisnis penjualan baju formal sedari awal.
Usaha yang bermula sejak 2016 lalu itu pun terus melejit. Bila dulu konsumen hanya bisa membeli baju formal bermerek Cera melalui toko online, saat ini konsumen bisa langsung datang ke toko offline Cera.
"Pembukaan toko itu bertepatan dengan dua tahunnya Cera berdiri. Waktu dulu saya benar-benar mengerjakan Cera sendiri," papar Putri.
Tak ayal, penghasilannya kini sudah tembus Rp80 juta dalam satu bulan. Berbagai produk yang ia jual dijual dengan harga kisaran Rp700 ribu sampai lebih dari Rp3 juta.
Berada di posisi saat ini, keduanya mengaku masih merintis dan belum sampai pada puncaknya. Sebelum sampai titik ini pun, Ghoida dan Putri pernah sama-sama mengalami titik terburuk dalam berusaha.
Ghoida misalnya, pernah merasakan pemesanan rangkaian bunga yang tak sampai 10 dalam satu bulan. Padahal, kini bisa sampai puluhan. Namun, kondisi itu ia jadikan pelajaran untuk membaca kondisi pasar.
"Saya dan rekan lain lebih sensitif dengan momen-momen yang ada waktu itu, untuk waktu yang lagi tidak musim pesan bunga kami coba memancingnya dengan paket promo menarik, seperti diskon, ongkos kirim gratis," kenang Ghoida.
Sementara, Putri pernah sampai kena tipu oleh penjahit dan pembeli sampai belasan juta. Selain itu, hasil baju juga pernah tak sesuai dengan ekspektasi, sehingga tidak bisa dilempar ke pasaran.
"Cara bangkit kembali bagi saya waktu itu adalah dengan fokus pada hal-hal yang positif dan masih bisa dikembangkan, dan tidak terfokus pada kegagalan itu sendiri," tutur Putri.
Ungkapan pengalaman adalah guru yang terbaik mungkin tepat disematkan pada kisah dua pebisnis online ini. Keduanya menjadikan titik jatuh mereka sebagai pembelajaran dan mencari strategi pemasaran lain.