Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui
Kementerian Keuangan akan menerbitkan
Surat Berharga Negara (SBN) ritel dalam bentuk Savings Bond Rate (SBR) seri 005. Pemerintah menawarkan kupon 8,15 persen untuk SBR 005 ini dan direncanakan mulai dijajakan pada 10-24 Januari 2019.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, SBR 005 bisa dipesan minimal Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar. Tingkat kupon yang ditawarkan dalam periode tiga bulan pertama adalah 8,15 persen, sesuai dengan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar enam persen ditambah spread tetap sebesar 215 basis pon.
Tingkat kupon SBR berbeda dengan obligasi ritel lain, seperti Sukuk Ritel (sukri) dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) karena nilai kuponnya terbilang mengambang (floating) mengikuti alur suku bunga acuan BI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, nilai kupon akan dievaluasi setiap tiga bulan. Jika posisi suku bunga acuan BI bergerak ke bawah, maka tingkat kupon tidak akan berubah dan tetap di angka 8,15 persen. Namun, jika suku bunga acuan BI meningkat, maka kenaikan tingkat kupon bergantung dari angka peningkatan suku bunga tersebut.
SBR 005 ini akan dipasarkan di tujuh agen penjualan, seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, Bank Permata, BRI, BTN, dan Trimegah Sekuritas Indonesia. Ini merupakan pertama kalinya obligasi ritel jenis SBR ditawarkan pada awal tahun.
Pada 2018 lalu, SBR seri 003 ditawarkan pada Mei. Sementara, SBR 004 ditawarkan pada September.
Kedua obligasi ritel tersebut terbilang laris manis di pasaran. Dari penerbitan SBR 003, pemerintah berhasil menghimpun Rp1,9 triliun atau hampir dua kali lipat dari pagu indikatifnya, yakni Rp1 triliun. Sementara, SBR 004 menyerap Rp7,32 triliun atawa lebih tinggi dari target yang sebesar Rp1,49 triliun.
Hanya saja, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinaita Ginting belum mau menyebut target indikatif yang ingin diraup Kemenkeu dalam penerbitan ini. Rencananya, target indikatif itu akan diumumkan saat peluncuran, Kamis (10/1).
Selain itu, ia juga menyebut tidak ada alasan khusus terkait pemilihan SBR sebagai instrumen obligasi ritel di awal tahun. Ia hanya menyebut, obligasi ritel dimaksudkan untuk memperdalam pasar keuangan.
Rencananya, Kemenkeu akan menarik Rp60 triliun dari penawaran obligasi ritel tahun ini atau meningkat dari porsi tahun lalu Rp40 triliun. Angka itu mengambil 7,27 persen total dari rencana penerbitan SBN bruto tahun ini Rp825,7 triliun.
"Selain dalam rangka pendalaman pasar keuangan, ini juga memperluas basis investor domestik SBN," imbuh Loto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/1).
(glh/bir)