Pemerintah Proyeksi Bunga Obligasi Ritel Akan Landai di 2019

CNN Indonesia
Jumat, 11 Jan 2019 07:00 WIB
Pemerintah memproyeksikan bunga atau kupon obligasi ritel akan landai pada tahun ini karena tren imbal hasil (yield) obligasi dunia cenderung turun.
Pemerintah memproyeksikan bunga atau kupon obligasi ritel akan landai pada tahun ini karena tren imbal hasil (yield) obligasi dunia cenderung turun. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan mengatakan kupon obligasi ritel yang akan diterbitkan pemerintah sepanjang tahun ini berpotensi melandai di setiap penerbitannya. Sebab menurutnya, ada kemungkinan tren imbal hasil (yieldobligasi dunia cenderung menurun, sehingga Indonesia akan mengikuti tren tersebut.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinaita Ginting menyebutkan beberapa faktor yang melandasi hal tersebut.

Pertama, pernyataan Gubernur Bank Sentral The Fed Jerome Powell yang mengatakan bahwa The Fed akan bersabar dalam mengambil kebijakan moneter di tahun ini. Dengan kata lain, ada kemungkinan The Fed sama sekali tak akan menaikkan suku bunga acuan di tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal di tahun kemarin, The Fed diprediksi malah akan menaikkan tiga hingga empat kali suku bunga acuan di tahun ini. Akibatnya, ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) juga tak mengubah angka suku bunga acuannya. Sehingga, hal itu juga berimbas ke stagnasi atau bahkan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah secara keseluruhan.


"Memasuki tahun 2019, ada pernyataan yang dulu dilontarkan bahwa kenaikan Fed Rate bisa mencapai tiga empat kali, tapi ada komentar tidak agresif dari The Fed bisa saja bikin tidak ada kenaikan suku bunga. Kecenderungannya ke imbal hasil dan kupon nanti bisa menurun," jelasnya, Kamis (10/1).

Kedua, lanjut Loto, bisa jadi berhubungan dengan perlambatan ekonomi China yang berlanjut hingga tahun ini. Hal itu diperkuat dengan laporan Bank Dunia yang memangkas predisi pertumbuhan ekonomi China dari 6,6 persen ke 6,2 persen pada tahun ini.

Hal ini tentu akan berimbas ke kebijakan moneter China. Sesuai teorinya, perlambatan ekonomi akan membuat kebijakan moneter lebih longgar, sehingga suku bunga acuan akan diturunkan. Ketika suku bunga acuan turun, itu akan menyebabkan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah ikut melandai.

"China itu punya kekuatan ekonomi besar, makanya Bank Dunia melakukan menurunkan perkiraan pertumbuhan dunia tahun ini. Artinya, kalau ada kekuatan ekonomi besar mengalami perlambatan, mereka akan melakukan stimulus dan menekan suku bunganya," imbuh Loto.


Oleh karenanya, tingkat bunga kupon bagi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Savings Bond Ritel (SBR) 005 di awal tahun sebesar 8,15 persen bisa menjadi kupon tertinggi bagi obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah sepanjang tahun ini.

Rencananya, selain SBR 005, pemerintah akan menerbitkan sembilan kali penerbitan obligasi ritel lain yang terdiri dari tiga kali SBR, empat kali penerbitan Sukuk Tabungan (ST), satu kali penerbitan Obligasi Ritel (ORI), dan satu kali penerbitan sukuk ritel (sukri).

"Tapi bisa saja perkiraannya berbalik arah. Perekonomian dunia itu berubah satu menit, satu hari, satu bulan, kapan saja. Jadi lebih baik investor ritel, berinvestasi saat ini saja, bisa jadi SBR 005 ini tingkat kuponnya paling tinggi dari penerbitan lain," terang dia.

Di tahun ini, rencananya pemerintah akan menerbitkan SBN bruto sebesar Rp825,7 triliun demi menutupi defisit APBN yang ditarget 1,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dari angka tersebut, sebanyak 9 persen hingga 10 persen akan dikontribusikan dari penerbitan obligasi nonlelang, seperti obligasi ritel dan obligasi yang ditawarkan ke sekelompok kecil investor (private placement).


Sepanjang tahun lalu, pemerintah berhasil menghimpun Rp46 triliun dari obligasi ritel yang terdiri dari SBN ritel sebanyak Rp32,62 triliun dan sukuk ritel sebanyak Rp13,38 triliun. (glh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER