
Pertamina 'Pedekate' ExxonMobil Jual Minyak di Dalam Negeri
CNN Indonesia | Kamis, 17/01/2019 17:39 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengaku tengah mendekati ExxonMobil Cepu Ltd agar produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Wilayah Kerja (WK) Cepu bisa diserap oleh kilang-kilang milik Pertamina. Ini adalah bagian dari permintaan pemerintah agar perusahaan migas pelat merah itu mau membeli minyak dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam negeri demi menekan lonjakan impor migas.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan diskusi sudah dilakukan dengan pihak ExxonMobil beberapa waktu lalu. Menurut dia, produksi Blok Cepu bisa sangat signifikan mengurangi impor migas karena WK yang terletak di Jawa Timur itu telah menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia dengan jumlah 220 ribu barel per hari.
"Diskusi sudah dilakukan dengan ExxonMobil, semoga ada agreement (kesepakatan) dalam waktu dekat," jelas Dharmawan di kantornya, Kamis (17/1).
Kesepakatan dengan ExxonMobil ini diharapkan bisa mengulang kesepakatan sebelumnya dengan PT Chevron Pacific Indonesia. Pada Selasa kemarin (15/1), perusahaan asal Amerika Serikat ini sepakat menjual 100 persen produksi minyaknya di Blok Rokan ke Pertamina sebanyak 200 ribu barel per hari untuk memasok kilang Balikpapan.
"Minyak Chevron sudah 100 persen untuk Pertamina saat ini. Rokan dan Cepu adalah dua big producer, jadi ini bisa mengurangi impor minyak secara signifikan," imbuh dia.
Ia mengatakan, kesepakatan penyerapan minyak dari KKKS lain sebetulnya sudah berjalan, namun jumlahnya tidak sebanyak produksi Cepu dan Rokan. Hanya saja, ia tidak menyebut KKKS lain yang dimaksud.
"Keputusan untuk menyerap minyak ke dalam negeri ini harusnya menguntungkan dua pihak, baik bagi KKKS dan Pertamina," imbuh dia.
Substitusi minyak mentah impor dengan produksi KKKS dari dalam negeri merupakan satu dari segelintir kebijakan pemerintah untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Adapun, kebijakan lainnya adalah menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor bagi 1.147 pos tarif dan kebijakan pencampuran 20 persen biodiesel terhadap BBM jenis Solar (B-20).
Kebijakan ini diharapkan bisa menekan impor migas yang kian melonjak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas mencapai US$29,80 miliar hingga akhir 2018. Angka ini melonjak 22,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$24,31 miliar.
(glh/bir)
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan diskusi sudah dilakukan dengan pihak ExxonMobil beberapa waktu lalu. Menurut dia, produksi Blok Cepu bisa sangat signifikan mengurangi impor migas karena WK yang terletak di Jawa Timur itu telah menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia dengan jumlah 220 ribu barel per hari.
"Diskusi sudah dilakukan dengan ExxonMobil, semoga ada agreement (kesepakatan) dalam waktu dekat," jelas Dharmawan di kantornya, Kamis (17/1).
Kesepakatan dengan ExxonMobil ini diharapkan bisa mengulang kesepakatan sebelumnya dengan PT Chevron Pacific Indonesia. Pada Selasa kemarin (15/1), perusahaan asal Amerika Serikat ini sepakat menjual 100 persen produksi minyaknya di Blok Rokan ke Pertamina sebanyak 200 ribu barel per hari untuk memasok kilang Balikpapan.
"Minyak Chevron sudah 100 persen untuk Pertamina saat ini. Rokan dan Cepu adalah dua big producer, jadi ini bisa mengurangi impor minyak secara signifikan," imbuh dia.
Ia mengatakan, kesepakatan penyerapan minyak dari KKKS lain sebetulnya sudah berjalan, namun jumlahnya tidak sebanyak produksi Cepu dan Rokan. Hanya saja, ia tidak menyebut KKKS lain yang dimaksud.
"Keputusan untuk menyerap minyak ke dalam negeri ini harusnya menguntungkan dua pihak, baik bagi KKKS dan Pertamina," imbuh dia.
Substitusi minyak mentah impor dengan produksi KKKS dari dalam negeri merupakan satu dari segelintir kebijakan pemerintah untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Adapun, kebijakan lainnya adalah menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor bagi 1.147 pos tarif dan kebijakan pencampuran 20 persen biodiesel terhadap BBM jenis Solar (B-20).
Kebijakan ini diharapkan bisa menekan impor migas yang kian melonjak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas mencapai US$29,80 miliar hingga akhir 2018. Angka ini melonjak 22,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$24,31 miliar.
(glh/bir)
ARTIKEL TERKAIT

Asosiasi Penghasil Migas Sebut Pembangunan Kilang Lamban
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Sri Mulyani Akui B20 Belum Efektif Pangkas Impor Minyak
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Jawab Prabowo, Rini Pilih Tekan Biaya Simpan Cadangan BBM
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Pertamina Segera Investasi di Blok Rokan usai Tekan Kontrak
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Pertamina Gandeng PTBA Garap Proyek Gasifikasi Batu Bara
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Blok Cepu Dijadikan Andalan Produksi Minyak Dalam Negeri
Ekonomi 1 bulan yang lalu
BACA JUGA

KPK: Kasus Petral Tak Berhenti
Nasional • 17 February 2019 16:47
Awak Mobil Tangki Adang Jokowi, Istana Sebut Salah Sasaran
Nasional • 14 February 2019 15:31
VIDEO: Awak Mobil Tangki Pertamina Adang Mobil Jokowi
Nasional • 14 February 2019 12:03
Kesaksian Istri Awak Mobil Tangki Penerobos Mobil Jokowi
Nasional • 14 February 2019 10:58
TERPOPULER

Pekan Depan, Bank Tak Boleh Lagi Syaratkan SIUP untuk Debitur
Ekonomi • 4 jam yang lalu
Masuk Area Rp14 Ribu per Dolar, Rupiah Bisa Kembali Menguat
Ekonomi 1 jam yang lalu
Perang Dagang Tak Pasti, Harga Minyak Capai Level Tertinggi
Ekonomi 2 jam yang lalu