Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai ketidaksiapan layanan sistem perizinan usaha terintegrasi secara elektronik (
online single submission/
OSS) justru menjadi salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan
investasi asing.
Sebagai informasi, pemerintah meluncurkan OSS dengan tujuan untuk mempermudah investor berinvestasi di Indonesia. Di sisi lain, Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang tahun lalu anjlok 8,8 persen dari Rp430,5 triliun menjadi Rp392,7 triliun.
Peneliti Indef Ariyo DP Irhamna mengungkapkan investasi asing tahun sebelumnya justru mencatatkan pertumbuhan signifikan. Sebut saja di tahun 2017, dimana investasi asing mampu tumbuh 8,5 persen mencapai Rp430,5 triliun. Pencapaian itu tercatat melebihi target yang dipatok pemerintah sebesar Rp429 triliun, atau setara 100,3 persen dari target.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masuk 2018 pada kuartal I turun sedikit, kuartal II turun drastis, dan kuartal III makin drastis. Satu memang karena perkembangan ekonomi global tetapi ada juga faktor internal yang saya lihat, yaitu dari OSS dipindahkan ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian," ungkap Ariyo di Jakarta, Kamis (7/2).
Kendati demikian, ia tidak menampik jika OSS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempermudah dan menggenjot investasi. Namun, implementasi di lapangan membutuhkan perbaikan lantaran masih ditemui banyak kendala. Bahkan, ia menuturkan banyak investor asing yang justru kebingungan dengan keberadaan OSS.
"Karena memang bukan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kemenko Ekonomi untuk menangani bidang teknis, makanya data investasi turun drastis sekali," imbuhnya.
Oleh karena itu, ia berharap dengan pemindahan OSS kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) diharapkan bisa memperbaiki kendala pada OSS selama ini.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Wilayah I BKPM Agus Joko Saptono meyakini bahwa pertumbuhan investasi tahun ini bakal lebih baik ketimbang tahun lalu. Salah satu pendorongnya adalah pelimpahan kewenangan OSS kepada BPKM.
"Kami masih optimis dan menaruh harapan bahwa investasi akan terlihat naik. Tentunya karena BKPM sudah menunggu sesuai apa yang disampaikan Kemenko Ekonomi awal Maret ini OSS akan disampaikan ke BPKM, sehingga kami bisa melakukan perbaikan dan melengkapi banyak hal jadi OSS bisa lebih dimanfaatkan dengan baik oleh investor," paparnya.
Selain memperbaiki sistem OSS, Agus mengatakan BKPM telah mencanangkan strategi lain untuk mendatangkan investasi asing. Salah satunya lewat fasilitas percepatan rotasi barang mesin yang akan masuk ke Indonesia dengan memberikan rekomendasi jalur hijau. Lewat jalur hijau tersebut, perusahaan mendapatkan rekomendasi kemudahan izin masuk ke Indonesia dari Direktorat jenderal Bea dan Cukai untuk masuk ke Indonesia.
"Tercatat sudah 125 perusahaan sejak 2016 yang memanfaatkan jalur hijau sehingga membuat perusahaan tersebut mempercepat importasi mesin untuk meningkatkan produksi," katanya.
Agus menambahkan BKPM akan melakukan kajian berkala atas proyek bermasalah agar bisa segera diselesaikan.
BKPM mencatat realisasi investasi mencapai Rp721,3 triliun sepanjang tahun lalu. Jumlah investasi sepanjang 2018 hanya tumbuh 4,1 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp692,8 triliun. Padahal tahun lalu, pertumbuhan investasi bisa mencapai 13,1 persen.
(ulf/lav)