Rapat Tak Cukup Kuorum, Express Batal Bahas Konversi Obligasi

CNN Indonesia
Jumat, 08 Feb 2019 14:29 WIB
Pemegang saham PT Express Transindo Utama Tbk tidak jadi membahas persetujuan konversi obligasi dalam rapat, karena peserta yang hadir tak memenuhi kuorum.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemegang saham PT Express Transindo Utama Tbk (Express) atau Taksi Ekspress tidak jadi membahas persetujuan konversi obligasi perseroan menggunakan skema pelaksanaan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau dikenal dengan istilah Private Placement.

Penyebabnya, peserta yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini, Jumat (8/2), tidak memenuhi kuorum. Peserta yang hadir hanya 51 persen dari total pemegang saham, padahal seharusnya minimal mewakili dua per tiga bagian dari jumlah seluruh saham.

Sebelumnya, sesuai Rapat Umum Pemegang Obligasi I Express Transindo Utama 2014 (RUPO) yang digelar pada 11 Desember 2018 lalu, utang obligasi perusahaan yang nilainya mencapai Rp1 triliun itu akan dikonversi dengan skema private placement. Artinya, surat utang akan ditukarkan dengan saham baru perseroan pada nilai nominal sebanyak-banyaknya Rp100 per saham.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Harga pelaksanaan konversi tercatat Rp100 dengan total saham baru yang akan diterbitkan sekitar 10 miliar saham dan nilai nominal Rp1 triliun atau 466,07 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Saham baru yang diterbitkan oleh perseroan akan dikonversikan secara bertahap. Pada tahap pertama, sebesar Rp400 miliar atau sebesar 4 miliar saham. Hal itu akan dilakukan setelah perseroan mengantongi persetujuan pemegang saham.

Kemudian, konversi tahap kedua berupa perubahan sisa obligasi sebesar Rp600 miliar menjadi obligasi konversi. Nantinya per 31 Desember 2020, sisa obligasi konversi tersebut dapat ditukar menjadi sekitar 6 miliar saham sesuai dengan keputusan RUPO.


Keputusan untuk mengkonversi utang obligasi yang akan jatuh tempo pada Juni 2019 ini dilatarbelakangi oleh beban utang yang menumpuk di tengah belum membaiknya kinerja hingga tahun lalu. Bahkan, tahun lalu, perseroan untuk pertama kalinya terlambat membayar kupon bunga obligasi ke-15 yang jatuh tempo pada 24 Maret 2018 kepada pemegang obligasi.

Perseroan juga tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran kupon bunga obligasi ke-16 dan ke-17 yang jatuh tempo pada 24 Juni 2018 dan 24 September 2018.

Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Express Megawati Affan mengungkapkan, seharusnya terdapat empat agenda acara yang akan dibahas pada RUPSLB pagi ini. Pertama, persetujuan atas pelaksanaan konversi obligasi. Kedua, persetujuan atas perubahan Pasal 4 Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan Modal Dasar, Modal Ditempatkan, dan Modal Disetor.


Ketiga, persetujuan atas pengalihan, pelepasan, atau penjualan seluruh atau sebagian besar harta kekayaan perseroan sebagaimana dipersyaratkan Pasal 102 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2017 tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal ini, perusahaan sebelumnya telah menjaminkan 7.500 kendaraan, sebidang tanah, dan dua bangunan sebagai jaminan obligasi I Express. Terakhir, persetujuan perubahan susunan anggota Direksi Perseroan.

Namun, setelah sejam berlangsung, RUPSLB hanya melangsungkan pembahasan untuk persetujuan perubahan susunan anggota Direksi Perseroan dengan menunjuk Johanes BE Triatmojo menggantikan Benny Setiawan.

"Hari ini, kami tidak memenuhi kuorum makanya mata acara yang dibahas cuma mata acara ke-4 yang penggantian Direksi. Sebenarnya mata acara 1,2,3 itu berhubungan dengan RUPO," ujar Megawati usai menghadiri RUPSLB Express di Hotel Ibis Harmoni Jakarta, Jumat (8/2).


Selanjutnya, perseroan akan menggelar kembali RUPSLB kedua yang waktunya belum ditentukan.

Diversifikasi Usaha Tak Dalam Waktu Dekat

Lebih lanjut, meski perusahaan masih berusaha memperbaiki kinerja keuangannya. Perusahaan tak menutup opsi diversifikasi usaha di luar operasional taksi. Misalnya, ke sektor logistik seperti yang dilakukan oleh kompetitornya Blue Bird. Namun, realisasinya belum bisa dilakukan dalam waktu dekat.

"Kami masih pelajari (diversifikasi usaha ke logistik). Mungkin secara bertahap karena terlalu banyak yang harus kami kerjakan," ujarnya.


Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan perusahaan hingga kuartal III 2019, total liabilitas perusahaan mencapai Rp1,84 triliun. Sebanyak 1,59 triliun di antaranya merupakan utang jangka pendek dan Rp252,548 miliar sisanya merupakan utang jangka panjang.

Perusahaan juga membukukan kerugian sebesar Rp537,96 miliar, membengkak 155,47 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Bengkaknya kerugian perseroan lantaran pendapatan perusahaan turun dari Rp231,62 miliar menjadi hanya Rp187,02 miliar. (sfr/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER