Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (
OJK) mengimbau masyarakat agar tak mudah terbuai dengan kemudahan yang ditawarkan oleh
pinjaman online. Masyarakat diminta teliti dan mempertimbangkan manfaat, biaya, risiko, serta risiko sebelum melakukan transaksi pinjaman online.
Hal ini disampaikan OJK menanggapi kasus bunuh diri yang dilakukan seorang supir taksi di Mampang, Jakarta Selatan yang ditenggarai akibat terjerat pinjaman
online."Kami prihatin dan kami tidak ingin hal ini terulang, sehingga masyarakat harus yakin betul dengan segala macam transaksi keuangan. Jangan terbuai dengan kemudahan pinjaman
online," ujar Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Anto Prabowo, Selasa (12/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anto menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan asosiasi
fintech guna menindaklanjuti kasus bunuh diri tersebut. Kendati demikian OJK, belum memperoleh informasi rinci terkait pinjaman
online yang menjerat supir taksi tersebut.
Ia pun menekankan agar masyarakat menggunakan layanan
fintech yang telah terdaftar di OJK. Seluruh
fintech yang sudah terdaftar serta dipastikan legal oleh OJK tercantum dalam lama resmi OJK, yaitu www.ojk.go.id. Jika masih ragu, Anto bilang masyarakat bisa menghubungi OJK lewat sambungan telepon di nomor 157.
"Dari situ masyarakat bisa bertanya sebelum melakukan pinjaman online, bagaimana perusahaannya, terdaftar atau tidak. Masyarakat juga bisa menanyakan apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pinjaman
online," tuturnya.
Ia mengklaim OJK terus melakukan upaya preventif terhadap
fintech ilegal. Selama ini, lanjutnya, OJK terus berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dan Kominfo untuk menghapus
fintech ilegal.
Hingga akhir November 2018, OJK telah menghentikan kegiatan 404
fintech yang tidak terdaftar atau ilegal. Meski banyak
fintech yang ditutup, ia mengaku banyak pula bermunculan f
intech-fintech baru. Hal ini menjadi konsen OJK dalam pengawasan, khususnya terkait perlindungan konsumen.
"
Fintech ini seperti jamur di musim hujan. meskipun sudah ditutup namun usaha
fintech ini tidak berhenti, terus bermunculan usahanya," jelasnya.
Sebelumnya, seorang pria bernama Zulfandi (35) ditemukan tak bernyawa dalam sebuah kamar indekos milik temannya yang terletak di Jalan Mampang Prapatan, Tegal Parang, Jakarta Selatan pada Senin (11/2) kemarin. Pria yang bekerja sehari-hari sebagai supir taksi itu diketahui tewas akibat bunuh diri.
Kepala Unit Resor Kriminal (Kanit Reskrim) Kepolisian Sektor (Polsek) Mampang Prapatan Iptu Anton Priharton mengatakan polisi menemukan sepucuk surat yang diduga ditulis tangan oleh korban. Dalam surat tersebut, korban menyampaikan permintaan maaf karena telah membuat orang-orang di dekatnya mengalami kesulitan.
Pada surat tersebut, korban juga meminta kepada pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak berwajib untuk memberantas pinjaman online yang menurutnya seperti membuat jebakan setan.
"Wahai para rentenir
online kita bertemu nanti di alam sana. Jangan pernah ada yang bayar utang online saya, karena hanya saya yang terlibat tidak ada orang lain terlibat kecuali saya," tutur Zulfandi dalam suratnya.
Kendati demikian, polisi belum menemukan bukti apakah benar yang bersangkutan terjerat utang pinjaman
online. Berdasarkan keterangan dari keluarga atau teman korban, tidak ada yang mengetahui perihal utang tersebut.
Masalah kesehatan mental jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu, misalnya saja Komunitas Save Yourselves https://www.instagram.com/saveyourselves.id, Yayasan Sehat Mental Indonesia melalui akun Line @konseling.online, atau Tim Pijar Psikologi https://pijarpsikologi.org/konsulgratis (ulf/agi)