Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kompak menyatakan optimismenya mereka terhadap laju perekonomian Indonesia tahun ini. Mereka yakin ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh bagus.
Sri Mulyani mengatakan optimisme tersebut ia dasarkan pada perbandingan capaian indikator ekonomi makro tahun lalu baik dari sisi pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, konsumsi dan indikator lainnya. Ia menuturkan sepanjang 2018 kemarin, ekonomi Indonesia masih berhasil tumbuh kuat di level 5,17 persen.
Padahal, 2018 kemarin, ekonomi dalam negeri mendapatkan banyak tekanan. Salah satunya, dari normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, The Fed sepanjang 2018 kemarin menaikkan suku bunga acuan mereka sampai dengan empat kali. Kebijakan tersebut sempat menekan rupiah sampai anjlok ke level Rp15 ribu per dolar AS dan memicu aliran modal ke luar negeri.
Sri Mulyani yakin tekanan tersebut tak bakal terjadi lagi tahun ini sehingga ekonomi dalam negeri bisa tumbuh lebih baik. "Diharapkan stabilitas ekonomi, dari inflasi, nilai tukar rupiah terus terjaga di tahun 2019. Prospek ekonomi 2019 ditandai dalam asumsi APBN 2019 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen. Pertanyaannya apakah mampu? Saya jawab mampu," kata Sri Mulyani dalam CNBC Outlook 2019 di Jakarta, Kamis (28/2).
Keyakinan lain kata Sri Mulyani, juga ia dasarkan pada kerja keras pemerintah dalam menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri. Tahun lalu pemerintah berhasil menjaga konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05 persen di tahun 2018 sehingga ekonomi dalam negeri bisa tetap tumbuh.
Dari sisi fiskal, Sri Mulyani juga mengatakan bahwa pemerintah berhasil menjaga defisit APBN sebesar 1,72 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka itu jauh di bawah target defisit dalam APBN 2018 yang dipatok sebesar 2,19 persen dari PDB.
Sri Mulyani mengakui ekonomi dalam negeri pada tahun ini masih mendapatkan banyak tantangan dari ketidakpastian ekonomi global. Sebab, perang dagang yang berkecamuk antara AS dan China masih belum mereda sepenuhnya.
[Gambas:Video CNN]"Oleh karena itu dalam strategi, kami kelola ekonomi dan kami terus pantau dari sisi stabilitas sektor keuangan. Kami lihat tanda-tanda stabilitas keuangan kita masih dalam situasi kuat yang berarti sektor keuangan siap menunjang pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Sementara itu Guburner BI Perry Warjiyo menyatakan optimisme ia dasarkan pada topangan dua komponen pertumbuhan yakni konsumsi dan investasi yang masih akan bagus di tahun ini. Untuk konsumsi, BI memperkirakan masih akan tumbuh 5,5 persen.
Sementara itu investasi, mereka proyeksikan akan tumbuh 6,7 persen. "Outlook ekonomi tahun ini, optimis, optimis, optimis," katanya.
Atas optimisme tersebut, BI kata Perry memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh 5,2 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dari target pemerintah yang dipatok 5,3 persen.
Perry mengatakan proyeksi dibuat karena ekonomi Indonesia masih mendapatkan banyak tantangan pada sepanjang 2019 ini. Tantangan datang dari defisit neraca transaksi berjalan
Namun demikian, Perry mengatakan masih ada tantangan dari sisi defisit transaksi berjalan yang sepanjang 2018 kemarin masih mencapai US$31,1 miliar. "Masalahnya dari global masih ada gonjang ganjing, sehingga sulit untuk menggenjot ekspor. Sehingga net impor-ekspor masih negatif," kata Perry.
(ulf/agt)