Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan
tenaga kerja Amerika Serikat (
AS) pada Februari 2019 diperkirakan melambat ke angka terendah dalam lima bulan terakhir. Pertumbuhan tenaga kerja ini sempat melesat dua bulan sebelumnya, namun kembali melambat seiring dengan ketatnya kondisi finansial.
Berdasarkan survei ekonom
Reuters, pertumbuhan ketenagakerjaan bertambah 180 ribu pekerjaan pada bulan lalu, di mana angka ini lebih rendah dibandingkan total pekerjaan pada Desember dan Januari yang sebanyak 526 ribu pekerjaan.
Survei Reuters mengatakan pertumbuhan pekerjaan melesat pada Desember dan Januari karena cuaca yang sejuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja konstruksi dan sektor pariwisata. Namun, temperatur yang lebih dingin pada Februari menyebabkan pelemahan pertumbuhan tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, tingkat pertumbuhan tenaga kerja pada Februari dianggap masih kuat untuk menopang tingkat pengangguran AS di bawah 4 persen.
Departemen Ketenagakerjaan AS memantau ketat laporan ketenagakerjaan pada Februari karena pertumbuhan moderat masih berpotensi terjadi. Ini sejalan dengan perlambatan ekonomi, yang pada Juli kemarin akan mencapai 10 tahun.
Hal ini juga akan membuat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), masih akan tetap sabar dalam menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini.
Ekonom percaya bahwa aksi jual di pasar saham dan lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah pada akhir tahun lalu telah menghambat penyerapan tenaga kerja pada Februari.
"Ini sudah mencapai titik balik setelah pertumbuhan ketenagakerjaan yang kuat dalam beberapa bulan terakhir. Saya juga berpikir bahwa kemarin adalah saat yang tepat bagi pengetatan di pasar finansial untuk menimbulkan dampak di data ketenagakerjaan," ujar Ekonom Senior Moody's Analytics Ryan Sweet.
Pengajuan untuk menerima manfaat pengangguran juga meningkat. Namun, Institute for Supply Management melansir penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur dan jasa melemah pada bulan lalu.
Di sisi lain, The Fed, pada Rabu lalu melaporkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja sejauh ini menunjukkan sikap moderat meski pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 2,9 persen merupakan yang terkuat dalam tiga tahun kemarin.
Penjualan ritel, konstruksi rumah, pengeluaran bisnis, dan ekspor semuanya menurun pada Desember, sehingga membuat pertumbuhan ekonomi kian melemah.
Para ekonom juga percaya bahwa perusahaan akan terus melakukan penyerapan tenaga kerja di tingkat yang cepat meski angka pengangguran sudah cukup rendah. Ini dikarenakan masyarakat sudah mulai kembali ke pasar tenaga kerja, termasuk siswa, wanita, dan masyarakat, yang putus sekolah untuk mendapatkan manfaat disabilitas.
"Pasar tenaga kerja sangat kuat secara mengejutkan dan tidak konsisten dengan realita ekonomi. Ini lantaran masyarakat mulai kembali masuk ke pasar tenaga kerja," terang Kepala Ekonom SS Economics Sung Won Sohn.
Ia juga mengatakan kesempatan tenaga kerja juga makin sedikit, sehingga ada kemungkinan orang yang kembali ke pasar tenaga kerja akan terserap. Adapun, partisipasi angkatan kerja di AS pada Januari lalu menyentuh titik tertinggi dalam lima tahun terakhir di angka 63,2 persen.
Pun begitu, kenaikan penyerapan tenaga kerja diekspektasikan tetap di atas 100 ribu orang per bulan agar sesuai dengan pertumbuhan masyarakat yang sudah memasuki usia kerja. Tingkat pengangguran sendiri diharapkan turun ke angka 3,9 persen pada Februari kemarin.
(glh/bir)