Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution mengaku tak masalah bila Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (
Perum Bulog) minim menyerap beras dari hasil produksi petani, asalkan harga
beras dalam mekanisme pasar cocok di kantong petani dan konsumen.
Dalam rapat koordinasi beberapa waktu terakhir, pemerintah sebenarnya menargetkan Bulog untuk menyerap beras hasil produksi petani sebanyak 1,5 juta ton sejak masa panen sekitar Februari-April 2019. Namun, realisasi serapan Bulog baru mencapai 24 ribu ton sampai hari ini.
Darmin mengatakan realisasi penyerapan Bulog masih rendah karena harga penjualan beras dari petani masih cukup tinggi. Hal ini ditandai dengan harga yang masih berada di atas batas Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp3.700 per kilogram (kg) dengan batas fleksibilitas mencapai 10 persen dari HPP, yakni sebesar Rp4.070 per kg.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau harga (beras yang dijual petani) lebih tinggi, ya tidak bisa dapat (jumlah serapan) 1,5 juta ton. Kalau harga lagi bagus di market (pasar), ya biarkan saja. Kenapa Bulog harus maksa masuk? Baru kalau dia di bawah (HPP), pasti dibeli lebih banyak," ujar Darmin di kantornya, Senin (18/3) malam.
Di sisi lain, Darmin menambahkan Bulog tak harus memenuhi target serapan beras hasil produksi petani karena cadangan beras yang ada di gudang perusahaan pelat merah itu masih mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Bulog punya stok masih agak banyak, masih 1,8 juta ton dari pengadaan bekas impor tahun lalu," imbuhnya.
Kendati begitu, Darmin mengaku sudah mewanti-wanti Bulog agar siap siaga bila harga penjualan beras dari produksi petani tiba-tiba menurun hingga di bawah HPP. Bila hal itu terjadi, maka Bulog wajib menyerap beras hasil produksi petani sebanyak-banyaknya. Tujuannya, agar harga yang diterima petani tidak jatuh terlalu dalam lantaran pasokan yang meningkat akibat masa panen.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi mengatakan penyerapan perusahaan atas beras hasil produksi petani masih minim karena harga jual masih tinggi. Selain itu, ada faktor keterlambatan panen di sejumlah daerah.
"Kami kan sesuai harga, kemarin harga masih sekitar Rp5.100 per kg. Lalu, kemarin kan ada bencana banjir di Bantul (Yogyakarta), meski sudah ada juga yang panen, misalnya Banyuwangi, Cilacap, Sulawesi Selatan, itu sudah diserap," katanya.
Selain itu, ia memastikan Bulog tetap berupaya untuk menyerap beras hasil produksi petani. Namun, ia turut menekankan kebutuhan masyarakat akan tetap terpenuhi dengan pasokan yang dimiliki saat ini.
[Gambas:Video CNN] (uli/lav)