Jakarta, CNN Indonesia --
Qatar melarang First Abu Dhabi Bank (
FAB),
bank terbesar di Uni Emirat Arab (UEA), untuk mengakuisisi nasabah baru, termasuk memberikan layanan bagi nasabahnya di Doha. Larangan ini ditempuh di tengah penyelidikan atas dugaan manipulasi mata uang Riyal yang mengganggu ekonomi Qatar.
Mengutip
Reuters, Rabu (20/3), saat ini bank sentral Qatar masih melakukan penyelidikan upaya devaluasi mata uang yang diduga dilakukan oleh negara-negara tetangganya di Teluk.
Sebelumnya, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir menuduh Qatar mendukung terorisme. Tuduhan itu kemudian dibantah oleh Qatar. Meski demikian, tetangga-tetangga Qatar itu tetap menerapkan boikot ekonomi atas tuduhan mendukung militan islamis dan Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Qatar Financial Centre (QFC) menyebutkan bahwa FAB gagal mematuhi perintah Pengadilan Sipil dan Komersial QFC untuk merilis surat pernyataan yang relevan dengan penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai potensi manipulasi Riyal Qatar.
Walhasil, FAB dilarang untuk mengakuisisi nasabah baru, menghimpun simpanan dana dari nasabah, memberikan kredit atau pembiayaan, dan mengatur transaksi investasi. Namun, juru bicara FAB belum mau berkomentar atas pelarangan Qatar tersebut.
Belum lama, Qatar juga meminta bantuan Amerika Serikat (AS) untuk menyelidiki anak usaha FAB, yakni NBAD Americas, yang beroperasi di AS yang dituduh membuat kesepakatan valas palsu.
Firma hukum sewaan bank sentral Qatar telah menyurati Departemen Keuangan AS. Dalam surat keduanya, para pengacara dari Paul, Weiss, Rifkind, Wharton, dan Garrison memohon agar Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS (CFTC) menyelidiki dugaan manipulasi mata uang Qatar.
FAB dibentuk dari merger First Gulf Bank dan National Bank of Abu Dhabi. "FAB menjalankan usahanya sesuai dengan standar operasional tertinggi dan mematuhi hukum, serta aturan yurisdiksi dimana pun kami beroperasi FAB tegas membantah rumor itu," terang FAB saat tuduhan manipulasi mencuat.
[Gambas:Video CNN] (reuters/bir)