
Diskriminasi Sawit, JK Ancam 'Serang Balik' Uni Eropa
Rabu, 27 Mar 2019 09:32 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan pemerintah akan melakukan retaliasi atau tindakan balasan perdagangan kepada Uni Eropa jika bersikukuh mendiskriminasi produk kelapa sawit Indonesia.
Jusuf Kalla menyebut langkah Uni Eropa yang mendiskriminasi produk kelapa sawit Indonesia merupakan permasalahan serius. JK menyatakan bakal melawan jika produk kelapa sawit sampai dilarang.
"Pokoknya retaliasi, kita tidak mengatakan perang dagang, retaliasi saja. Artinya, kalau you larang 10, kita lawan 10 juga," ujar JK di kantor wakil presiden, Jakarta, Selasa (26/3).
JK menuturkan bisnis sawit memiliki nilai ekspor yang cukup besar. Terlebih ada sekitar 15 juta warga yang bekerja, baik langsung maupun tidak langsung, dalam aktivitas ekspor sawit tersebut.
Ia mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia bakal menyetop pembelian produk Uni Eropa, termasuk pesawat hasil pabrikan Airbus. Menurut JK, Indonesia berhak mengambil tindakan sendiri apabila mendapat perlakuan yang tidak adil.
"Kalau seperti tadi oke kita tidak beli Airbus lagi. Itu hak kita. Kalau Uni Eropa memiliki hak membuat aturan, kita juga punya hak bikin aturan," tutur JK.
Permasalahan sawit ini, kata JK, akan diselesaikan melalui World Trade Organization (WTO).
"Ya kita selesaikan dengan negosiasi atau lewat WTO kalau memang terpaksa. Kita lewati dulu prosedur yang ada, tidak langsung main gebrak saja," ucapnya.
Sebelumnya, komisi Uni Eropa telah menyerahkan Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive (RED) II kepada Parlemen Uni Eropa. Dalam Delegated Regulation itu Komisi Uni Eropa menilai kelapa sawit mengakibatkan deforestasi berlebihan. Maka itu, penggunaannya untuk bahan bakar kendaraan bermotor harus dihapus.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) khawatir diskriminasi Uni Eropa terhadap sektor industri perkebunan kelapa sawit akan semakin menghambat proses penyelesaian perundingan perdagangan bebas antara Indonesia dengan Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/I-EU CEPA).
[Gambas:Video CNN] (lav/lav)
Jusuf Kalla menyebut langkah Uni Eropa yang mendiskriminasi produk kelapa sawit Indonesia merupakan permasalahan serius. JK menyatakan bakal melawan jika produk kelapa sawit sampai dilarang.
"Pokoknya retaliasi, kita tidak mengatakan perang dagang, retaliasi saja. Artinya, kalau you larang 10, kita lawan 10 juga," ujar JK di kantor wakil presiden, Jakarta, Selasa (26/3).
JK menuturkan bisnis sawit memiliki nilai ekspor yang cukup besar. Terlebih ada sekitar 15 juta warga yang bekerja, baik langsung maupun tidak langsung, dalam aktivitas ekspor sawit tersebut.
Ia mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia bakal menyetop pembelian produk Uni Eropa, termasuk pesawat hasil pabrikan Airbus. Menurut JK, Indonesia berhak mengambil tindakan sendiri apabila mendapat perlakuan yang tidak adil.
"Kalau seperti tadi oke kita tidak beli Airbus lagi. Itu hak kita. Kalau Uni Eropa memiliki hak membuat aturan, kita juga punya hak bikin aturan," tutur JK.
Permasalahan sawit ini, kata JK, akan diselesaikan melalui World Trade Organization (WTO).
"Ya kita selesaikan dengan negosiasi atau lewat WTO kalau memang terpaksa. Kita lewati dulu prosedur yang ada, tidak langsung main gebrak saja," ucapnya.
Sebelumnya, komisi Uni Eropa telah menyerahkan Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive (RED) II kepada Parlemen Uni Eropa. Dalam Delegated Regulation itu Komisi Uni Eropa menilai kelapa sawit mengakibatkan deforestasi berlebihan. Maka itu, penggunaannya untuk bahan bakar kendaraan bermotor harus dihapus.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) khawatir diskriminasi Uni Eropa terhadap sektor industri perkebunan kelapa sawit akan semakin menghambat proses penyelesaian perundingan perdagangan bebas antara Indonesia dengan Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/I-EU CEPA).
[Gambas:Video CNN] (lav/lav)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK