Kementan soal Data Bibit Ayam Meleset: Kami Percaya Ahli

CNN Indonesia
Kamis, 28 Mar 2019 12:04 WIB
Kementan mengklaim menggunakan data tim ahli perunggasan untuk memprediksi produksi bibit ayam. Data itu yang menjadi patokan Kementan merilis jumlah ayam.
Ilustrasi ayam ternak. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim menggunakan data tim ahli perunggasan untuk memprediksi produksi Day Old Chick (DOC) alias bibit ayam. Data DOC tersebut yang menjadi patokan Kementan merilis jumlah ayam.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita. Pernyataan tersebut sekaligus menampik tudingan peternak yang mempertanyakan validitas data produksi DOC dari Kementan.

Sekadar mengingatkan, kemarin, peternak mengaku tercekik harga ayam yang jatuh. Peternak mensinyalir jatuhnya harga ayam karena kelebihan pasokan (over supply) di pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Kementan tetap bersikeras bahwa hasil hitungannya valid. "Hasil hitungan komisi ahli perunggasan cukup. Kami percaya ahlinya, karena mereka berasal dari universitas yang kami anggap independen," tegas Diarmita kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/3).


Kendati begitu, ia mengaku akan menugaskan tim ahli perunggasan untuk melakukan audit ulang terhadap data DOC.

Informasi saja, data Kementan menyebut potensi produksi DOC sepanjang tahun lalu mencapai 3,13 miliar ekor setara 60,3 juta ekor per minggu. Untuk tahun ini, potensi produksinya meningkat menjadi 3,5 miliar ekor per tahun setara 67,3 juta ekor per minggu.

Ketut justru mempertanyakan balik soal harga ayam yang jatuh di tangan produsen, sedangkan harga jualnya ke konsumen dinilai tinggi. Sebagai gambaran, harga ayam hidup saat ini di wilayah Jawa Tengah (Jateng), Yogyakarta, dan Solo telah menyentuh posisi Rp10.500 per kilogram (Kg). Sedangkan di wilayah Jawa Barat (Jabar) mencapai Rp13.000 per Kg.

Harga itu jauh di bawah Harga Pokok Produksi (HPP), yakni sebesar Rp19.500 per Kg. Harga itu juga terpaut jauh dari harga acuan Kementerian Perdagangan untuk pembelian ayam hidup di tingkat petani sebesar Rp18.000-Rp20.000 per Kg.


Ia menuturkan kondisi ini disebabkan turunnya permintaan dari sisi konsumen. "Selain itu, banyak yang berasumsi bahwa keadaan ini adalah ulah broker," imbuhnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Peternak Rakyat dan Peternakan Mandiri (PRPM) Sugeng Wahyudi menduga terjadi over supply ayam di lapangan. Kondisi ini berseberangan dengan data Kementan.

"Menurut Dirjen PKH, ini tidak over supply karena produksi jumlah anak ayam sekitar 63 juta per minggu. Tapi, perkiraan kami sekitar 73 juta per minggu. Ini yang meragukan kami para peternak, jangan-jangan data itu berlebih," tuturnya.

Selain kenaikan harga ayam di tangan peternak, ia berharap pemerintah juga bisa membantu menurunkan harga DOC tersebut. Sebab, DOC merupakan salah satu dari faktor produksi di samping pakan ternak.


Saat ini, lanjutnya, DOC dijual sebesar Rp5.900 per ekor. Ia berharap pemerintah bisa menekan harga DOC menjadi Rp5.500 per ekor, sehingga biaya produksi peternak juga berkurang.

"Harga DOC masih tinggi, sehingga porsi DOC pada biaya produksi juga tinggi," katanya. (ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER