Terpapar Sentimen BI, Rupiah Melemah Rp14.092 per Dolar AS

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 24 Apr 2019 08:49 WIB
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.092 per dolar AS pada perdagangan Rabu (24/4) pagi, atau melemah tipis 0,09 persen dibandingkan penutupan kemarin.
Ilustrasi uang rupiah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.092 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu (24/4) pagi. Angka itu melemah tipis 0,09 persen dibandingkan penutupan Selasa (23/4) yakni Rp14.082 per dolar AS.

Pagi hari ini, sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,16 persen, peso Filipina melemah 0,14 persen, serta yen Jepang dan ringgit Malaysia yang sama-sama melemah 0,05 persen.

Di sisi lain, terdapat mata uang Asia yang menguat seperti dolar Hong Kong sebesar 0,01 persen dan baht Thailand sebesar 0,07 persen. Sementara itu, dolar Singapura bergeming terhadap dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, pergerakan mata uang utama negara-negara maju terbilang bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,01 persen, namun dolar Australia melemah 0,12 persen dan euro melemah 0,08 persen.


Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelaku pasar sejatinya menunggu (wait and see) atas hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang sedianya berlangsung Kamis (25/6) esok. BI masih diprediksi menahan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di angka 6 persen.

Kemudian, harga minyak mentah juga melonjak dan mendekati titik tertinggi selama enam bulan terakhir setelah AS berjanji akan melakukan sanksi terhadap negara-negara yang mengimpor minyak dari Iran. Ini termasuk delapan negara pengimpor minyak terbesar dari Iran, yang sebelumnya mendapatkan pengecualian sanksi.

Mengingat Indonesia adalah negara importir minyak, maka kenaikan harga minyak dunia tentu meningkatkan permintaan dolar AS di jangka pendek dan menengah. Maka itu, nilai dolar AS akan relatif lebih mahal.

"Ketika harga minyak melonjak, maka biaya importasi komoditas ini pun ikut membengkak. Akibatnya, tekanan di transaksi berjalan (current account) akan semakin berat dan rupiah kian kekurangan modal untuk menguat," jelas Ibrahim, Rabu (24/4).

[Gambas:Video CNN] (lav/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER