Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp14.178 per
dolar AS pada perdagangan sore ini, Rabu (26/6). Posisi ini melemah 52 poin atau 0,37 persen dari posisi kemarin, Selasa (25/6).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.174 per dolar AS atau melemah dari posisi kemarin di Rp14.138 per dolar AS.
Bersama rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia turut melemah pada sore ini. Yen Jepang melemah 0,44 persen, peso Filipina minus 0,24 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, mayoritas mata uang Asia berhasil ke zona hijau. Rupee India menguat 0,27 persen, yuan China 0,13 persen, baht Thailand 0,08 persen, dolar Singapura 0,05 persen, dan dolar Hong Kong 0,03 persen.
Begitu pula dengan mayoritas mata uang utama negara maju. Rubel Rusia melemah 0,33 persen, franc Swiss minus 0,1 persen, euro Eropa minus 0,07 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,05 persen. Hanya dolar Australia yang menguat 0,43 persen dan dolar Kanada 0,14 persen.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai pelemahan mata uang Garuda pada sore ini terjadi karena sentimen internal.
Pertama, pasar masih merasa ketidakpastian jelang pengumuman hasil keputusan dari sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK) pada pekan ini.
"Apalagi ada kabar akan diwarnai demonstrasi besar-besaran massa pendukung pasangan calon 02 dan ada ketakutan demonstrasi tersebut akan berubah menjadi kerusuhan, apabila MK tidak mengabulkan keinginan paslon 02," katanya kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (26/6).
Kedua, pengaruh internal datang dari prospek nilai impor minyak Indonesia ke depan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi neraca perdagangan Indonesia. Apalagi, saat ini ada tekanan dari harga minyak mentah dunia.
Selain dari dalam negeri, menurutnya, pelemahan rupiah juga disumbang oleh kian perkasanya dolar AS terhadap sejumlah mata uang di dunia. Menurutnya, mata uang Negeri Paman Sam itu berhasil menguat karena bank sentral AS, The Federal Reserve, baru saja memberikan sinyal pupusnya harapan kenaikan suku bunga acuan.
"The Fed mengatakan tengah mencari tahu apakah ketidakpastian terkait bea impor AS, konflik Washington dengan para rekan dagangnya, dan lesunya inflasi memerlukan penurunan suku bunga," terang dia.
Kemudian, dolar AS juga mendapat amunisi dari sikap penuh kehati-hatian dari pelaku pasar sebelum pertemuan KTT G20 dilakukan di Jepang. Sebab, pada pertemuan itu Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu.
[Gambas:Video CNN] (uli/bir)