Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah diperdagangkan di level Rp14.132 per
dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (10/7). Posisi tersebut melemah 0,01 persen dibandingkan penutupan Selasa (9/7) yang di Rp14.130 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.152 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni Rp14.129 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.129 hingga Rp14.155 per dolar AS.
Sore hari ini, sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Rupee India melemah sebesar 0,03 persen, yen Jepang sebesar 0,07 persen, dolar Hong Kong melemah 0,07 persen, baht Thailand sebesar 0,09 persen, dan peso Filipina sebesar 0,21 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, hanya dolar Singapura dan yuan Cina yang menguat terhadap dolar AS dengan penguatan masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,09 persen. Adapun, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi, di mana poundsterling Inggris menguat 0,06 persen dan euro sebesar 0,13 persen namun dolar Australia melemah 0,08 persen.Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan terjadi karena pelaku pasar benar-benar mengabaikan harapan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuan Fed Rate di akhir bulan ini.
"Memang ekspektasi untuk penurunan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Fed akhir bulan ini telah menguap," jelas Ibrahim, Rabu (10/7).
Selain itu, pelemahan juga dipicu oleh peningkatan ketegangan ekonomi antar dua macan Asia, Jepang dan Korea Selatan. Ketegangan muncul setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberlakukan pembatasan baru pada ekspor yang bisa menghantam industri teknologi Korea Selatan.
Ia mengatakan ketegangan telah membuat pasar menjauhi Asia pada hari ini.
[Gambas:Video CNN]
Dari dalam negeri, pelaku pasar juga mengkhawatirkan kenaikan harga minyak yang terjadi akibat ketegangan di Timur Tengah. Sebagai negara importir minyak mentah, kenaikan harga minyak tentu bisa mempengaruhi pertumbuhan Indonesia dari sisi ekspor netto.
"Ini juga akan berdampak negatif terhadap impor minyak Indonesia sehingga akan berdampak terhadap neraca perdagangan," imbuhnya. (glh/agt)