Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (
OJK) mengklaim peluang pertumbuhan
kredit di rentang 11 persen-13 persen pada 2019 semakin terbuka, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan penurunan suku bunga acuan akan menjadi amunisi yang bagus bagi industri perbankan. Permintaan kredit akan semakin menggeliat dari periode sebelumnya.
"Untuk pertumbuhan kredit kami optimistis masih bisa, apalagi sentimennya ke indonesia cukup bagus," papar Wimboh, Rabu (24/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, penopang pertumbuhan kredit lain berasal dari keputusan BI yang menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 0,5 persen. Dengan pelonggaran likuiditas itu, beban biaya (cost of fund) perusahaan semakin rendah sehingga bunga kredit pun ikut murah.
"Kami sempat pesimis tapi dengan pelonggaran GWM, tapi sekarang sudah diturunkan juga," ujar dia.
Terkait ekonomi global, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan pihaknya akan terus memonitor dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China terhadap industri perbankan. Namun, sejauh ini ia mengklaim belum ada pengaruhnya ke bisnis perbankan.
"Belum ada (pengaruhnya). Risiko kredit bermasalah (non performing loan/NPL) juga baik. Perbankan sudah antisipasi," ucap Heru.
Sebagai informasi, OJK mencatat pertumbuhan kredit sepanjang semester I 2019 sebesar 9,92 persen secara tahunan. Sejumlah sektor yang menopang kenaikan kredit, antara lain sektor listrik, air, gas, konstruksi, dan pertambangan.
Kemudian, NPL gross industri perbankan berada di level 2,5. Realisasi itu diklaim OJK yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah yang dihimpun naik sebesar 7,42 persen secara tahunan. Capaian itu ditopang oleh pertumbuhan deposito dan perbankan.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)