
Deputi Baru BI Sinyalkan Pelonggaran Moneter Jangka Panjang
Rabu, 07 Agu 2019 17:02 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti memberi sinyal pelonggaran kebijakan moneter bank sentral akan berlangsung dalam jangka panjang. Hal itu sejalan dengan tren kebijakan bank sentral dari negara-negara lain di dunia.
Ia mengatakan BI akan meneruskan pelonggaran kebijakan moneter, seperti penurunan tingkat suku bunga acuan, untuk memberi stimulus bagi perekonomian domestik.
Menurut dia, hal itu perlu dilakukan lantaran ketidakpastian ekonomi global terus berlangsung dan dikhawatirkan mengusik kinerja perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, tren kebijakan bank sentral negara lain juga terus mengarah pada sikap pelonggaran (easing policy). Salah satunya, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
Untuk itu, sambungnya, bank sentral perlu turut menerbitkan kebijakan yang mampu menjadi bantalan ketika ekonomi global menekan Tanah Air. Kebijakan sudah diberikan melalui penurunan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen pada Juli 2019.
"Tampaknya kami melihat, arah easing policy ini akan kami lihat dalam jangka waktu yang cukup panjang karena butuh stimulus bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," ucap Destry usai pelantikan di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (7/8).
Selain pelonggaran kebijakan moneter, mantan anggota dewan komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu juga memberi sinyal pelonggaran kebijakan makroprudensial juga akan diteruskan. Salah satunya pelonggaran setoran cadangan kas di BI atau yang dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM).
Lebih lanjut, ia mengatakan pelonggaran kebijakan dilakukan agar investasi dan pertumbuhan kredit bank bisa tumbuh positif dan cepat. Bila tumbuh, kedua hal itu bisa menjadi sumber likuiditas bagi industri dan masyarakat untuk menggerakkan roda perekonomian dalam negeri.
"Kalau konsumsi masyarakat dan investasi bisa fokus, maka pertumbuhan keduanya signifikan dan memberi sumbangan 80 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto)," ujarnya.
Kedua indikator itu, katanya, bisa menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi ketika indikator ekspor tak cukup bisa diandalkan. Terutama akibat tertekan perekonomian global dan harga komoditas yang menurun.
"Perlambatan ekonomi China dan AS memberikan dampak ke ekspor karena kedua negara ini major trading partner kami," terangnya.
[Gambas:Video CNN]
Destry kembali menekankan bahwa kehadirannya di BI akan membuat bank sentral nasional terus berada di pasar guna menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan sistem keuangan. BI akan terus melakukan bauran kebijakan untuk mencapai stabilitas itu.
"Market tidak perlu panik sebab guncangan ini sifatnya sesaat. BI tetap akan berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan dan stabilitas di sektor keuangan," tandasnya. (uli/lav)
Ia mengatakan BI akan meneruskan pelonggaran kebijakan moneter, seperti penurunan tingkat suku bunga acuan, untuk memberi stimulus bagi perekonomian domestik.
Menurut dia, hal itu perlu dilakukan lantaran ketidakpastian ekonomi global terus berlangsung dan dikhawatirkan mengusik kinerja perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, tren kebijakan bank sentral negara lain juga terus mengarah pada sikap pelonggaran (easing policy). Salah satunya, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
"Tampaknya kami melihat, arah easing policy ini akan kami lihat dalam jangka waktu yang cukup panjang karena butuh stimulus bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," ucap Destry usai pelantikan di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (7/8).
Selain pelonggaran kebijakan moneter, mantan anggota dewan komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu juga memberi sinyal pelonggaran kebijakan makroprudensial juga akan diteruskan. Salah satunya pelonggaran setoran cadangan kas di BI atau yang dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM).
Lebih lanjut, ia mengatakan pelonggaran kebijakan dilakukan agar investasi dan pertumbuhan kredit bank bisa tumbuh positif dan cepat. Bila tumbuh, kedua hal itu bisa menjadi sumber likuiditas bagi industri dan masyarakat untuk menggerakkan roda perekonomian dalam negeri.
Kedua indikator itu, katanya, bisa menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi ketika indikator ekspor tak cukup bisa diandalkan. Terutama akibat tertekan perekonomian global dan harga komoditas yang menurun.
"Perlambatan ekonomi China dan AS memberikan dampak ke ekspor karena kedua negara ini major trading partner kami," terangnya.
[Gambas:Video CNN]
Destry kembali menekankan bahwa kehadirannya di BI akan membuat bank sentral nasional terus berada di pasar guna menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan sistem keuangan. BI akan terus melakukan bauran kebijakan untuk mencapai stabilitas itu.
"Market tidak perlu panik sebab guncangan ini sifatnya sesaat. BI tetap akan berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan dan stabilitas di sektor keuangan," tandasnya. (uli/lav)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK