Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi demo menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Ekstradisi di
Hong Kong berdampak positif bagi sejumlah usaha. Namun, setelah
demo berlangsung lebih dari dua bulan, pelaku usaha yang sempat ketiban untung mulai menyadari angin segar itu hanya bertiup sementara.
Misalnya, bisnis peralatan keselamatan yang sempat terdongkrak karena meningkatnya kebutuhan helm, masker, dan kaca mata pengaman yang dikenakan demonstran. Peralatan keselamatan itu digunakan oleh jutaan demonstran untuk melindungi diri saat berhadapan dengan aparat keamanan yang main kasar.
"Banyak orang bersedia untuk menyisihkan uang makannya untuk membeli peralatan perlindungan, khususnya pelajar," ujar John Lam, pemilik salah satu toko peralatan keselamatan di Hong Kong, seperti dikutip dari
Reuters, Rabu (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, barang-barang toko Lam tidak menjadi kebutuhan masyarakat awam. Tapi, saat demo digelar, barang-barang itu menjadi incaran. Lam yang secara pribadi menolak aksi kekerasan pada demonstran itu menyebut penjualannya meningkat dua atau tiga kali lipat sejak awal Juni.
Bahkan, beberapa kali ia kehabisan stok karena permintaan yang tinggi. Sekali transaksi, seorang pelanggan bisa membeli 50 unit barang.
Namun, akhir-akhir ini, permintaannya mulai turun. Lam mulai merasakan dampak dari perlambatan ekonomi yang ditandai oleh menurunnya volume perdagangan dunia dan perlambatan permintaan dari China.
Sektor konstruksi, yang menjadi basis pelanggan Lam, juga terkena imbas dari perlambatan ekonomi itu.
"Meski bisnis kami meningkat akhir-akhir ini, tidak berarti turunnya ekonomi tidak akan mempengaruhi bisnis kami bulan depan," tuturnya.
Hal serupa juga dialami Joe Chan, Direktur Many Stationery & Book Center Co di Sham Sui Po, Hong Kong. Penjualan nota tempel Post-It naik sempat naik 20 persen. Maklum, nota tempel itu digunakan demonstran untuk menulis pesan-pesan politik yang ditempelkan di sejumlah tembok di seluruh penjuru Hong Kong.
Namun, pesanan alat tulis untuk materi promosi dari pelanggan pentingnya seperti event organizers (EO) malah berkurang. Secara keseluruhan penerimaannya malah turun 10 persen.
"Tahun ini mereka membatalkan atau menunda," ujar Chan.
Ungkapan senada juga disampaikan Emily Tan, manajer toko pakaian Baleno di kawasan perbelanjaan Causeway Bay, Hong Kong. Stok kaos hitam yang menjadi seragam tak resmi demonstran setiap harinya habis di periode Juni dan Juli.
Namun, selama dua pekan terakhir kawasan belanja itu menjadi saksi bisu aksi kekerasan dan penutupan jalan. Akibatnya, ia harus menutup tokonya lebih dini dan pelanggan yang datang kian sedikit.
Penjaga apotek waralaba Watson di kawasan yang sama juga mengaku kehabisan stok bantalan pendingin, masker, dan barang-barang lain yang digunakan peserta demo. Namun, penjualan barang lainnya, terutama barang-barang yang lebih mahal seperti kosmetik, turun.
"Tentu saja kami merasakan penurunan ekonomi secara keseluruhan. Saat ada gas air mata, kami menutup pintu," ujar penjaga toko yang bermarga Hui itu
Sebelumnya, seperti dilansir dari
AFP, ekonomi Hong Kong terkena hantaman dari aksi demo yang berkepanjangan dan kondisi ekonomi global. Pada kuartal II lalu, ekonomi Hong Kong cuma tumbuh 0,6 persen secara tahunan atau melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 3,6 persen. Penjualan ritel Hong Kong pada Juni lalu juga merosot lebih dari 6,7 persen dibandingkan tahun lalu.
[Gambas:Video CNN] (sfr)