Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani menyebut kebijakan moneter yang ditempuh
The Fed, bank sentral AS, akan mempengaruhi asumsi makro dalam RAPBN 2020. Kebijakan yang dimaksud yaitu pelonggaran moneter berupa penurunan
suku bunga acuan.
Ia mengakui ketidakpastian global menghantui ekonomi dalam negeri. Lihatlah 2018 lalu, realisasi pertumbuhan ekonomi dan nilai tukar rupiah tidak sesuai dengan target yang yang ditetapkan dalam APBN 2018.
"Kami sampaikan asumsi makro berdasarkan RAPBN kemarin, kami semua tahu bahwa selalu ada ketidakpastian," ujarnya, Selasa (20/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekadar mengingatkan, pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2018 ditetapkan sebesar 5,4 persen. Sementara, realisasinya hanya 5,17 persen. Kemudian, rupiah yang semula ditargetkan hanya Rp13.400 per dolar Amerika Serikat (AS), kenyataannya tembus hingga Rp14.247 per dolar AS.
Beberapa target meleset disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan The Fed. Hal itu berdampak pada keluarnya arus modal dari Indonesia.
Selain itu, perang dagang antara AS dengan China turut mempengaruhi volume perdagangan global. Ujung-ujungnya, ekonomi global ikut terkena dampaknya.
"Ini adalah ketidakpastian yang harus tetap diwaspadai dan perhitungan pada 2020," tutur Sri Mulyani.
Baru-baru ini, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 menjadi hanya 3,2 persen dari sebelumnya mencapai 3,3 persen. Sementara, ekonomi tahun depan diramalkan hanya naik 3,5 persen atawa lebih rendah dari sebelumnya 3,6 persen.
[Gambas:Video CNN]"Apakah siklus tren pelemahan ini akan terus terjadi atau terbalik menjadi sesuatu yang positif karena kebijakan yang diambil The Fed. Itu semua yang akan memberikan warna pada optimisme proyeksi 2020," jelasnya.
Informasi saja, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2020 sebesar 5,3 persen atau lebih tinggi dari prospek 2019 yang hanya 5,2 persen. Kemudian, inflasi stabil di level 3,1 persen.
Lalu, rupiah melemah menjadi Rp14.400 per dolar AS dibandingkan dengan outlook 2019 sebesar Rp14.250 per dolar AS. Namun, lebih kuat dari APBN 2019 sebesar Rp15 ribu per dolar AS.
(aud/bir)