Bunga Acuan Turun, BI Yakin Arus Modal Masuk Masih Kencang

CNN Indonesia
Kamis, 22 Agu 2019 19:13 WIB
BI meyakini arus modal masuk masih akan tetap moncer, meski suku bunga acuan BI 7DRRR sudah turun dua kali dengan total 50 basis poin sepanjang tahun ini.
Logo Bank Indonesia. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) meyakini arus modal masuk (capital inflow) masih akan tetap moncer, meski suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sudah turun dua kali dengan total 50 basis poin sepanjang tahun ini.

Alasannya, BI optimistis imbal hasil investasi portfolio domestik masih cukup mumpuni.

Sejatinya, penurunan suku bunga acuan akan menurukan imbal hasil investasi portfolio di suatu negara. Ketika imbal hasil turun, maka ada peluang investor mencari instrumen investasi di negara lain yang memiliki imbal hasil lebih baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan imbal hasil investasi Indonesia tetap menguntungkan karena inflasi yang cukup rendah. BI bahkan meramal inflasi hingga akhir tahun bisa di bawah titik tengah 3,5 persen secara tahunan.

Jika inflasi tinggi, maka imbal hasil aset keuangan sebenarnya (real interest rate) akan tergerus dengan cepat, sehingga investor akan malas berinvestasi. Namun, jika inflasi masih rendah, maka nilai imbal hasil aslinya tak akan berkurang banyak, sehingga investor masih mendulang keuntungan yang lumayan.

Dalam hal ini, ia mencontohkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun sebesar 7,74 persen.

"Kalau kami hitung, spread value SBN itu masih ada 5,74 persen setelah penurunan suku bunga acuan ini jadi masih lebih menarik dibanding emerging market yang lain," jelas Perry, Kamis (22/8).

Ia berharap imbal hasil ini masih tetap akan menarik hingga akhir tahun lantaran ia meramal bank sentral AS The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya lagi. Di dalam skenario kebijakannya, BI hanya memprediksi penurunan Fed Rate sekali saja, yakni pada Juli lalu.

Keputusan suku bunga The Fed sangat berpengaruh lantaran kebijakan moneter BI juga mengacu kepada jal tersebut. Jika nanti The Fed menurunkan suku bunga acuannya, ada kemungkinan hal itu akan diikuti oleh BI.

Hany saja, jika suku bunga acuan turun lagi, maka imbal hasil investasi bisa turun. "Kami memang belum memperhitungkan imbal hasil investasi jika nantinya perlambatan ekonomi AS terjadi lebih dalam lagi," papar dia.

Kemudian, ia juga tidak mengkhawatirkan kenaikan risiko investasi di Indonesia yang tercermin di dalam indikator Credit Default Swap (CDS) yang kini sudah mencapai 92,45 atau meningkat dari posisi Juli lalu yang pernah menyentuh 80. Sebab, menurut dia, kenaikan CDS karena ini disebabkan oleh ketegangan dagang antara AS dan China yang hanya bersifat jangka pendek.

Sekadar, CDS adalah indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN. Semakin besar skor CDS, maka premi risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi, sehingga potensi gagal bayar semakin terbuka. Sebaliknya, jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga makin rendah.

"Meski demikian, inflow masih tetap bagus. Data secara tahun kalender (year-to-date) menunjukkan inflow sebesar Rp176,4 triliun," pungkas dia.

[Gambas:Video CNN] (glh/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER