Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berbicara mengenai revolusi industri 4.0 di hadapan civitas academia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Menurutnya, selain membawa perkembangan ekonomi, kehadiran revolusi industri 4.0 juga bisa berdampak negatif. Pemerintah dan pemangku kebijakan diharapkan dapat melakukan mitigasi dengan paradigma baru.
Dalam pidatonya, Wimboh mengatakan kehadiran teknologi memaksa pemerintah mengubah paradigma dalam pengawasan dan pengaturan sektor jasa keuangan. Alasannya, arus informasi menjadi lebih cepat dan semakin terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Asumsi ekonomi fundamental jangka panjang sudah tidak relevan lagi. Siklus ekonomi lebih
unpredictable sehingga risiko besar harus kita waspadai," kata Wimboh dalam pengukuhan guru besar di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Senin (26/8).
Risiko tersebut antara lain persaingan antara tenaga kerja dengan mesin. Diperkirakan permintaan tenaga kerja terampil akan berkurang hingga 22 persen.
"Ini menjadi tantangan bagi kita semua. Karena undang-undang dan peraturan sudah tidak dapat menjangkau lagi," katanya.
Untuk itu, Wimboh menekankan pentingnya pendekatan yang tepat dalam memformulasikan regulasi dan pengawasan. Dengan demikian, inovasi keuangan tetap berkembang namun dalam stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga.
Dia mencontohkan inovasi keuangan tersebut ialah
financial technology (fintech). Teknologi keuangan ini dinilai menjadi alternatif yang dapat melayani masyarakat hingga ke golongan menengah ke bawah yang selama ini dinilai tidak tersentuh oleh bank atau institusi keuangan lainnya.
"Beberapa pendekatan yang dapat diadopsi, pertama ialah mendorong transparansi dalam penyelenggaraan usaha fintech. Kedua, mendorong penyelenggaraan fintech yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Ketiga, mewujudkan transisi yang mulus dalam persaingan untuk memitigasi distorsi," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan pidatonya yang berjudul Revolusi Digital: New Paradigm di Bidang Ekonomi dan Keuangan. Pidato disampaikan dalam pengukuhannya sebagai guru besar tidak tetap pertama Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).