Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (
BI) mengakui pertumbuhan industri manufaktur terhadap produk domestik bruto (
PDB) masih rendah. Masalah tersebut terjadi karena dua faktor utama.
Pertama kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, masalah keterhubungan. Sampai saat ini industri manufaktur belum terhubung dengan industri lainnya, baik hulu dan hilir. Dengan kata lain, bisnis yang bergerak di industri itu masih berdiri sendiri.
"Ada sektor-sektor unggulan Indonesia yang belum saling terkait dengan sektor lain, terutama pendukungnya yang ada di domestik," ungkap Dody, Rabu (4/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanya, sambung dia, masalah tersebut membuat hasil produksi manufaktur domestik jarang dimanfaatkan untuk mendukung industri lainnya di dalam negeri. Mayoritas perusahaan justru banyak mengekspor produknya.
Persoalan
kedua, kinerja pemerintah dalam meningkatkan kinerja sejumlah sektor unggulan belum optimal. Berkaitan dengan masalah tersebut, Dody menilai perlu ada sektor prioritas agar pengembangannya bisa lebih fokus.
"Keinginan kami semua sektor manufaktur kami dorong tapi ada prioritas yang harus kami laksanakan. Ada lima sektor prioritas, yaitu tekstil, makanan dan minuman, kimia, alas kaki, dan otomotif," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur kuartal II 2019 hanya 3,54 persen. Angkanya lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,88 persen.
Dody mengklaim realisasi pertumbuhan industri manufaktur tersebut masih jauh dari harapan. Ia menyebut industri itu seharusnya bisa meningkat sekitar 6 persen sampai 7 persen.
[Gambas:Video CNN]"Makanya tidak salah kalau ekonomi Indonesia hanya tumbuh di kisaran 5 persen pada 2019. Tantangannya adalah bagaimana mendorong sektor manufaktur terus tumbuh," jelas Dody.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian Muhdori menambahkan bahwa industri manufaktur ditargetkan tumbuh hingga 7 persen pada 2024 mendatang. Sementara, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 19,3 persen dan kontribusi kepada ekspor nasional sebesar 75,9 persen.
(aud/agt)