Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto mengaku mendukung keberlanjutan produksi mobil
Esemka. Meski begitu ia tidak ingin menempatkan Esemka sebagai 'anak emas' di sektor industri
otomotif dalam negeri.
Kebijakan tersebut diambil karena pemerintah harus juga mempertimbangkan anggapan dari pasar internasional. Airlangga menjelaskan pemerintah pernah memiliki program mobil nasional dalam beberapa tahun terakhir.
Sejalan dengan program itu, pemerintah kerap memberikan berbagai fasilitas kemudahan bagi pengembangan mobil nasional. Fasilitas diberikan untuk menambah daya saing mobil nasional dibandingkan para pesaingnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun belakangan, kata Airlangga, pemberian fasilitas justru menimbulkan persoalan. "Mobil nasional yang lalu dapat fasilitas lebih dibandingkan yang lain, sehingga itu menjadi persoalan di dunia internasional," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/9).
Untuk itu, sambungnya, pemerintah akan memberikan dukungan dalam bentuk lain. Dukungan kemungkinan akan diberikan dalam bentuk arahan kecocokan bisnis (
business matching) untuk pemasaran produksi mobil Esemka ke depan.
Dukungan tersebut dianggapnya lebih tepat dilakukan ketimbang menjadikan Esemka 'anak emas'.
"Jadi kami tidak mengintroduksi mobil nasional seperti periode yang lalu," terangnya.
Lebih lanjut, daya dukung yang bisa diberikan pemerintah adalah menciptakan ekosistem industri bahan baku, sehingga Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mobil Esemka bisa kian meningkat ke depan. Saat ini, TKDN mobil Esemka sekitar 60 persen.
[Gambas:Video CNN]"Masalah
local content itu sekarang di industri
just in time, yang penting
logistic cost harus lebih rendah, lalu
stock material harus rendah. Kalau
spare part impor semua kan
cost tinggi, tapi kalau semua dari vendor lokal, dia akan lebih efisien," katanya.
Di sisi lain, ia kembali menjawab sindiran terkait kemiripan model mobil Esemka dengan mobil pabrikan China, seperti yang sedang ramai dibicarakan publik. Menurutnya, kemiripan merupakan hal yang wajar saja.
Sebab, industri ini memang multiplatform, sehingga memungkinkan desain yang sama antar satu mobil pabrikan dengan pabrikan lain. "Itu hal yang biasa, yang paling penting adalah local
content-nya, itu diproduksi di Indonesia,investornya juga lokal,"pungkasnya.
(uli/agt)