
Ekspor Batik RI Cuma US$18 Juta per Juni 2019
CNN Indonesia | Selasa, 24/09/2019 14:14 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor industri batik sepanjang semester I 2019 sebesar US$18 juta atau setara Rp252 miliar (kurs Rp14 ribu). Angka ini terpaut jauh jika dibandingkan target ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun ini yang dipatok US$15 miliar atau Rp209 triliun.
Bahkan, realisasi nilai ekspor batik Indonesia kalah jauh dibandingkan nilai perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai US$442 miliar. "Ini menjadi peluang besar bagi industri batik kita (Indonesia) untuk meningkatkan pasarnya," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih, mengutip Antara, Selasa (24/9).
Saat ini, ekspor batik RI masih ditujukan ke pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Sektor ini sendiri didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah usaha 47 ribu unit. "Industri ini menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang," jelasnya.
Karenanya, ia menyambut baik pelabelan industri batik sebagai prioritas pengembangan pemerintah. Apalagi, industri batik memiliki daya ungkit besar dalam menciptakan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar.
Tidak hanya itu, sambung dia, batik Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional. Ia mengingatkan jangan sampai persaingan dengan Malaysia, Singapura, dan China, mengalahkan warisan budaya Indonesia. Bila perlu, Gati mengusulkan untuk memperkuat branding dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.
Bukan tanpa alasan, mengingat batik asli Indonesia dikukuhkan UNESCO sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009 silam.
"Pengakuan ini membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun organisasi, seperti Yayasan Batik Indonesia untuk terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan produk baik," terang Gati.
Ia juga berharap revolusi industri 4.0 mampu melahirkan teknologi canggih yang dapat membuat industri batik di dalam negeri semakin berdaya saing. "Industri batik menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0," ujarnya.
Menteri Perindustrian AIrlangga Hartarto menuturkan Yayasan Batik Indonesia dapat mendekati kaum milenial dengan melakukan digitalisasi, memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional, termasuk memanfaatkan teknologi.
Misalnya, ia mencontohkan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) Kemenperin, yaitu Balai Besar Kerajinan dan Batik, saat ini sudah mampu mengembangkan aplikasi Batik Analyzeruntuk untuk membedakan produk batik asli dan tiruan.
[Gambas:Video CNN]
(Antara/bir)
Bahkan, realisasi nilai ekspor batik Indonesia kalah jauh dibandingkan nilai perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai US$442 miliar. "Ini menjadi peluang besar bagi industri batik kita (Indonesia) untuk meningkatkan pasarnya," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih, mengutip Antara, Selasa (24/9).
Saat ini, ekspor batik RI masih ditujukan ke pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Sektor ini sendiri didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra di Indonesia, dengan jumlah usaha 47 ribu unit. "Industri ini menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang," jelasnya.
Karenanya, ia menyambut baik pelabelan industri batik sebagai prioritas pengembangan pemerintah. Apalagi, industri batik memiliki daya ungkit besar dalam menciptakan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar.
Bukan tanpa alasan, mengingat batik asli Indonesia dikukuhkan UNESCO sebagai Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009 silam.
"Pengakuan ini membawa konsekuensi kepada pemerintah maupun organisasi, seperti Yayasan Batik Indonesia untuk terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan produk baik," terang Gati.
Menteri Perindustrian AIrlangga Hartarto menuturkan Yayasan Batik Indonesia dapat mendekati kaum milenial dengan melakukan digitalisasi, memanfaatkan media sosial untuk kemajuan batik nasional, termasuk memanfaatkan teknologi.
Misalnya, ia mencontohkan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) Kemenperin, yaitu Balai Besar Kerajinan dan Batik, saat ini sudah mampu mengembangkan aplikasi Batik Analyzeruntuk untuk membedakan produk batik asli dan tiruan.
[Gambas:Video CNN]
(Antara/bir)
ARTIKEL TERKAIT

Mentan Klaim RI akan Ekspor Nanas dan Mangga ke Argentina
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Pemerintah Incar Ekspor ke AS 2021 Tembus US$20 M-US$40 M
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Geser China, Pengusaha Rangkul Kadin AS Genjot Ekspor
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Perang Dagang, RI Incar Ekspor Furnitur Rp1.344 T ke AS
Ekonomi 3 bulan yang lalu
Kerek Ekspor, Pemerintah Gandeng Tenaga Pemasaran Profesional
Ekonomi 3 bulan yang lalu
Mendag Akui Perang Dagang Bisa Tekan Indonesia
Ekonomi 3 bulan yang lalu
BACA JUGA

FOTO: Jiwa Iwan Tirta dalam Koleksi Batik 'Mataguru'
Gaya Hidup • 01 December 2019 18:20
'Mataguru', Ruh Iwan Tirta dalam Batik Tiga Babak
Gaya Hidup • 01 December 2019 17:50
Makna Batik Prabowo Saat Dikenalkan Jadi Menteri Pertahanan
Gaya Hidup • 23 October 2019 09:14
FOTO: Ramai-ramai Peringati Hari Batik Nasional
Gaya Hidup • 02 October 2019 19:59
TERPOPULER

Erick Thohir Bakal Rombak Direksi dan Komisaris PLN
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Batas Pengenaan Tarif Baru Makin Dekat, IHSG Diramal Melemah
Ekonomi 1 jam yang lalu
Sri Mulyani Kaji Aturan Lembaga Pengelola Dana Asing
Ekonomi 1 jam yang lalu