Jakarta, CNN Indonesia --
Sriwijaya Air memastikan maskapai bisa kembali beroperasi normal setelah kembali menjalin kerja sama dengan
Garuda Indonesia Group. Pasalnya, dengan kembalinya kerja sama ini, maka status Hazard, Identification, and Risk Assessment (HIRA) Sriwijaya Air sudah bisa keluar dari zona merah.
HIRA merupakan proses identifikasi dan pengendalian resiko terkait dengan pekerjaan, kegiatan dalam lingkup usaha, atau aktivitas perusahaan.
Direktur Quality, Safety and Security Sriwijaya Air Toto Soebandoro mengatakan operasional Sriwijaya bisa berjalan seperti semula tanpa harus menunggu rekomendasi regulator. Pasalnya, secara teknis, jika status HIRA membaik, artinya pesawat sudah laik terbang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalah HIRA secara otomatis langsung hilang (setelah kerja sama dilanjutkan), jadi semua sudah terpenuhi bisa langsung operasi," jelas Toto kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (1/10).
Ia menuturkan penyebab utama turunnya status HIRA Sriwijaya Air karena perusahaan tidak bisa menggunakan fasilitas perawatan yang dimiliki oleh PT Garuda Maintenance Facility (GMF). Sementara itu, tenaga teknis yang dimiliki perusahaan jumlahnya terbatas.
Pesawat sebenarnya masih bisa melaksanakan operasi tanpa uluran tangan GMF. Hanya saja, aktivitas penerbangan dianggap punya risiko tinggi.
"Apalagi kan teknisi kami tidak bisa bekerja setiap saat, ada jam kerjanya sendiri. Kami tidak bisa memaksa teknisi kami untuk terus kerja kan," jelas dia.
Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati mengatakan HIRA merupakan indikator yang sangat penting di dunia penerbangan lantaran sudah menjadi Standar Operasional dan Prosedur (SOP) yang baku di sektor aviasi. Jika status itu tidak dihiraukan, maka manajemen maskapai bisa dituntut melalui jalur hukum.
[Gambas:Video CNN]"Kemarin direksi Sriwijaya kan merekomendasikan bahwa operasional harus berhenti, itu langkah tepat karena kalau terjadi apa-apa di aktivitas penerbangan, direksi bisa dituntut," jelas dia.
Sebelumnya, Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air sepakat untuk melanjutkan Kerja Sama Operasional (KSO). Artinya, Sriwijaya Air kembali mendapat sokongan fasilitas pemeliharaan dan mempercepat restrukturasi utang kepada Garuda Indonesia Group.
KSO diteruskan kembali setelah Garuda Indonesia melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia, menuding Sriwijaya Air melakukan wanprestasi atas kontrak KSO, utamanya dalam memilih dan mencopot direksi. Bahkan, Citilink sudah menggugat Sriwijaya ke meja hijau.
Alhasil, operasional Sriwijaya Air terganggu karena tak mendapat dukungan fasilitas dari Garuda Indonesia Group.
"Baru saja pagi hari ini Garuda Group dan Sriwijaya air yg diwakili pemegang saham Sriwijaya Air menyepakati komitmen bersama KSM (atau) kerja sama manajemen tentang keberlangsungan dari kerjasama manajemen, untuk terus dilanjutkan kerjasama manajemen ini," ucap Direktur Utama PT Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo, Selasa (1/10).
(glh/lav)