
BPS Catat Pertumbuhan Industri Kuartal III 2019 Melambat
CNN Indonesia | Jumat, 01/11/2019 12:10 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang melambat pada kuartal III 2019. Pertumbuhan manufaktur cuma 4,35 persen atau turun dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) sebesar 5,04 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan pelemahan kinerja industri tak lepas dari lesunya perekonomian global dan perang dagang antara AS-China.
"Perekonomian tidak mudah, ekonomi global melemah. Masih ada perang dagang, harga komoditas fluktuatif, dan itu semua akan berpengaruh," katanya, Jumat (1/11).
Secara rinci, jenis industri yang mengalami penurunan produksi secara tahunan paling tinggi adalah industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar 22,95 persen.
Disusul, karet, barang dari karet dan plastik sebesar 16,63 persen, lalu mesin dan perlengkapan sebesar 12,75 persen dan pengolahan tembakau sebesar 12,37 persen. BPS juga merekam industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer turun sebesar 12,32 persen.
Secara tahunan, industri yang mengalami kenaikan paling tinggi adalah industri percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 19,59 persen.
Meski secara tahunan turun, kinerja industri manufaktur secara kuartal membaik. Tercatat, industri manufaktur tumbuh sebesar 5,13 persen (quartal to quartal/q to q) dibandingkan kuartal II 2019 yang terpantau tumbuh minus 1,91 persen.
Dari sisi wilayah, Provinsi Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi sebesar 23,56 persen (yoy).
"Sementara itu, Provinsi Jambi turun paling tajam sebeeksar 47,2 persen secara tahunan," kata Suhariyanto.
Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
Suhariyanto menuturkan pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) lebih baik dibandingkan industri besar dan sedang. Secara tahunan IMK naik sebesar 6,19 persen yoy dibandingkan tahun lalu yakni 3,88 persen.
Kenaikan tersebut terutama ditopang naiknya produksi industri komputer, barang elektronika, dan optik sebesar 24,36 persen. Sedangkan, industri peralatan listrik tercatat turun paling tajam sebesar 32,88 persen.
Secara kuartalan, IMK tercatat tumbuh sebesar 0,29 persen lebih tinggi dari kuartal II 2019 yang tercatat sebesar 0,24 persen. Pertumbuhan tersebut dipicu kenaikan produksi pengolahan tembakau sebesar 42,25 persen.
[Gambas:Video CNN]
Suhariyanto menuturkan saat ini bertepatan dengan musim tembakau. Dengan demikian, IMK dapat mengolah tembakau tersebut sebagai input industri besar.
"Bagi industri besar mereka bisa menggunakannya sebagai stok," ucapnya.
(ulf/sfr)
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan pelemahan kinerja industri tak lepas dari lesunya perekonomian global dan perang dagang antara AS-China.
"Perekonomian tidak mudah, ekonomi global melemah. Masih ada perang dagang, harga komoditas fluktuatif, dan itu semua akan berpengaruh," katanya, Jumat (1/11).
Secara rinci, jenis industri yang mengalami penurunan produksi secara tahunan paling tinggi adalah industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar 22,95 persen.
Secara tahunan, industri yang mengalami kenaikan paling tinggi adalah industri percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 19,59 persen.
Meski secara tahunan turun, kinerja industri manufaktur secara kuartal membaik. Tercatat, industri manufaktur tumbuh sebesar 5,13 persen (quartal to quartal/q to q) dibandingkan kuartal II 2019 yang terpantau tumbuh minus 1,91 persen.
Dari sisi wilayah, Provinsi Sulawesi Tenggara tumbuh paling tinggi sebesar 23,56 persen (yoy).
Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
Suhariyanto menuturkan pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) lebih baik dibandingkan industri besar dan sedang. Secara tahunan IMK naik sebesar 6,19 persen yoy dibandingkan tahun lalu yakni 3,88 persen.
Kenaikan tersebut terutama ditopang naiknya produksi industri komputer, barang elektronika, dan optik sebesar 24,36 persen. Sedangkan, industri peralatan listrik tercatat turun paling tajam sebesar 32,88 persen.
Secara kuartalan, IMK tercatat tumbuh sebesar 0,29 persen lebih tinggi dari kuartal II 2019 yang tercatat sebesar 0,24 persen. Pertumbuhan tersebut dipicu kenaikan produksi pengolahan tembakau sebesar 42,25 persen.
[Gambas:Video CNN]
Suhariyanto menuturkan saat ini bertepatan dengan musim tembakau. Dengan demikian, IMK dapat mengolah tembakau tersebut sebagai input industri besar.
"Bagi industri besar mereka bisa menggunakannya sebagai stok," ucapnya.
(ulf/sfr)
ARTIKEL TERKAIT

Menteri Teten Bakal Fokus Ekspor Produk UMKM
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Jamkrindo Raih Penghargaan BUMN Terbaik ala Infobank
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Eks Mentan Sebut Data Lahan Sawah BPS Tidak Akurat
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Berlatar Politikus, Agus Gumiwang Diragukan Angkat Manufaktur
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Industri Teh Dalam Negeri Tertekan Impor dan Penurunan Ekspor
Ekonomi 1 bulan yang lalu
Pengusaha Khawatir Kenaikan UMP 'Bunuh' Industri Padat Karya
Ekonomi 1 bulan yang lalu
BACA JUGA

Prancis Ingatkan RI untuk Siapkan SDM Hadapi Industri 4.0
Internasional • 11 December 2019 04:55
Genjot Pertumbuhan UMKM, GrabExpress Luncurkan 5 Fitur Baru
Teknologi • 09 December 2019 10:55
Shopee Pertegas Komitmennya terhadap Kemajuan UMKM
Teknologi • 06 December 2019 16:21
Dorong Kemajuan UMKM Jatim, GrabExpress Gelar Pelatihan
Teknologi • 06 December 2019 11:11
TERPOPULER

Jasa Marga Jelaskan 'Jalan Bergelombang' Tol Layang Japek II
Ekonomi • 19 jam yang lalu
Tarif Tol Jagorawi Naik Jadi Rp7.000 per 19 Desember
Ekonomi 14 jam yang lalu
BPH Migas: Digitalisasi Nozzle Efektif Awasi BBM Bersubsidi
Ekonomi 16 jam yang lalu