Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp14.090 per
dolar AS pada perdagangan pasar spot, Selasa (19/11) sore.
Kurs mata uang garuda tercatat melemah sebesar 0,09 persen dibandingkan penutupan perdagangan pada Senin (18/11) lalu, yakni Rp14.078 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.091 per dolar AS yang juga melemah dibandingkan posisi Senin (18/11), yakni Rp14.075 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Tercatat, peso Filipina melemah 0,37 persen, won Korea 0,29 persen, dan yen Jepang juga melemah 0,07 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, ringgit Malaysia terpantau melemah 0,04 persen, rupee India 0,03 persen, serta dolar Hong Kong dan dolar Singapura sama-sama melemah tipis 0,01 persen.
Sementara, penguatan terjadi pada lira Turki sebesar 0,15 persen, yuan China 0,03 persen, dan baht Thailand yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.
Di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. Tercatat, dolar Australia melemah sebesar 0,04 persen, dan dolar Kanada serta Euro sama-sama melemah tipis 0,01 persen. Penguatan hanya dialami poundsterling Inggris sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen negatif dari pesimisme pasar atas jalannya kesepakatan dagang antara AS dan China.
"China pesimis tentang menyetujui kesepakatan, yang menunjukkan risiko ekonomi global tetap sulit dipahami," kata Ibrahim saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (19/11).
Menurut Ibrahim, China pesimis untuk menyepakati perdagangan dengan AS karena terganggu oleh komentar Presiden AS Donald Trump yang menyatakan tidak ada kesepakatan tentang penghapusan tarif secara bertahap.
Padahal, lanjut Ibrahim, pasar sendiri punya harapan yang tinggi atas terjadinya kesepakatan dagang 'fase satu' AS dan China yang diprediksi dapat mengurangi dampak perang dagang selama 16 bulan.
Sementara Itu, dari sisi domestik, Ibrahim mengatakan data ekonomi dalam negeri yang positif masih memiliki peran untuk menahan laju pelemahan rupiah.
[Gambas:Video CNN]Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri telah mengumumkan hasil neraca perdagangan negara yang surplus US$160 juta. Namun, Ibrahim merasa sentimen tersebut masih belum cukup untuk mengalahkan sentimen negatif dari perang dagang.
"Pasar kembali fokus terhadap data eksternal yang kurang menguntungkan," ungkapnya.
Lebih lanjut Ibrahim berpendapat rupiah akan kembali melemah dalam perdagangan Rabu (20/11) besok, di kisaran Rp14.062 hingga Rp14.115 per dolar AS.
(ara/bir)