Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Amerika Serikat (AS) menilai Indonesia terlalu mengekang sektor
investasi. Hal itu salah satunya tercermin dari banyaknya usaha yang masuk ke dalam
daftar negatif investasi (DNI).
"Daftar negatif investasinya terlalu banyak," kata Counselor for Economic Affairs Kedutaan Besar AS untuk Indonesia Andrew Shaw, Selasa (19/11).
Saat ini, DNI diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tantang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah sendiri telah mengkaji relaksasi DNI melalui revisi perpres tersebut. Namun, hingga kini, revisi itu tak kunjung terbit.
Di tempat yang sama, Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R Donovan merasa pengusaha mereka belum mendapat perlakuan sama di Indonesia.
Ia mengatakan masalah akses tersebut merupakan sorotan yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan Negeri Paman Sam saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Menurut dia, perusahaan AS bisa mendorong pebisnis di negerinya untuk datang berinvestasi ke Indonesia ketika mereka diperlakukan dan disambut dengan baik di dalam negeri.
"Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu menteri perdagangan menyoroti Indonesia sebenarnya bisa meraih target pertumbuhan GDP sebesar 7 persen per tahun dengan memberikan perusahaan AS akses sama untuk berkompetisi di pasar Indonesia," ujarnya.
Ia tak mau merinci soal perbedaan akses yang ia maksud dan sempat disoroti Ross tersebut. Ia hanya mengatakan bahwa untuk berinvestasi di Indonesia, saat ini investor termasuk dari AS memang menghadapi sejumlah kendala.
Salah satunya berkaitan dengan tumpang tindih aturan dan kejelasan regulasi investasi.
Tambah InvestasiMeskipun masih mengalami hambatan Donovan mengatakan pihaknya tetap ingin terus meningkatkan hubungan ekonomi dengan meningkatkan investasi dan hubungan dagang dengan Indonesia.
Secara spesifik, ia mengatakan bahwa AS ingin dengan peningkatan hubungan ekonomi tersebut, nilai perdagangan antara negaranya dengan Indonesia yang saat ini hanya US$30
miliar per tahun bisa dilipatgandakan menjadi US$60 miliar.
"Itu merupakan target pemerintahan kita berdua," katanya.
[Gambas:Video CNN] (agt/sfr)