Jakarta, CNN Indonesia --
Harley-Davidson sedang menghadapi masalah. Masalah terutama terjadi di Amerika Serikat (
AS).
Saat ini, warga AS yang mengendarai Harley tak sebanyak dulu lagi. Kondisi tersebut membuat permintaan Harley di AS terus turun.
Dikutip dari
CNNBusiness, penjualan ritel Harley turun 3 persen pada sepanjang kuartal IV 2019 kemarin. Kondisi tersebut merupakan penurunan ke-12 yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi tersebut, penurunan penjualan di AS mencapai lebih dari 5 persen pada sepanjang tahun kemarin.
Memang, kinerja Harley tahun kemarin masih mendapatkan topangan dari penjualan internasional. Di Asia penjualan Harley masih naik lebih dari 6 persen.
Tapi sayang, kenaikan tersebut belum dapat menutupi 'awan mendung' yang menyelimuti kinerja Harley. Pasalnya, di tengah kenaikan di Asia, kinerja penjualan Harley di dunia turun 1,4 persen pada tahun kemarin.
Penurunan kinerja penjualan tersebut berdampak pada kinerja saham Harley-Davidso (HOG). Saham perusahaan jatuh 3 persen pada awal perdagangan Selasa (28/1) kemarin. Secara total, saham Harley sudah anjlok 10 persen pada tahun kemarin.
Kejatuhan terjadi karena penurunan penjualan tersebut melampaui proyeksi Wall Street.
Harley mengeluh penurunan kinerja tersebut diakibatkan perang dagang yang dikobarkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu , CEO dan Presiden Harley Matt Levatich yakin penurunan kinerja penjualan perusahaannya akan berbalik.
"Kami melihat 2020 menjadi tahun terpenting dalam transformasi Harley-Davidson," katanya.
Tahun ini pihaknya akan memperluas pangsa pasar Harley. Perluasan akan dilakukan dengan menggarap pengendara segmen baru.
[Gambas:Video CNN] (agt)