Jakarta, CNN Indonesia --
Indeks Harga
Saham Gabungan (
IHSG) tertekan hebat oleh penyebaran wabah virus corona yang kian mengkhawatirkan. Mengukur indeks dari posisi awal tahun hingga penutupan Jumat (28/2) atau
year-to date, IHSG tercatat sudah anjok 13,44 persen dari level 6.283 ke 5.452.
Tak hanya di Indonesia, penyebaran virus juga sudah menginfeksi pasar saham Amerika Serikat (AS). Hal itu bisa dilihat dari kejatuhan bursa utama Wall Street. Tengok saja Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang merosot 12,36 persen ke level 25.409 pada perdagangan minggu lalu.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan memprediksikan pergerakan IHSG minggu ini akan ditentukan oleh pergerakan pasar global. Dia menyebut indeks akan mengekor pergerakan pasar saham Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor global akan banyak menentukan karena sudah bukan bicara faktor fundamental lagi, tapi masalah virus corona yang tidak tahu sampai mana
ending-nya," jelasnya pada Jumat (28/2).
Meneliti performa rata-rata saham di Indeks S&P 500 yang berisi gabungan 500 perusahaan besar AS, indeks ditutup mengecewakan. Pada perdagangan minggu lalu, kinerja saham berbagai perusahaan raksasa AS dicatat memerah sebesar 11,49 persen ke level 2.954.
Angka penyebaran virus corona yang terus menanjak di luar China terutama di AS, Korea Selatan, dan Italy menggerus pertahanan pasar saham. Di Negeri Paman Sam, Presiden AS Donald Trump mengkonfirmasi kasus kematian pertama di negerinya akibat infeksi virus corona pada Sabtu (29/2).
Sementara kasus terdeteksi di AS telah mencapai 22 orang dengan pasien direpatriasi di luar AS sebanyak 77 orang. Kondisi tersebut membuat para investor, termasuk di Indonesia ramai-ramai mengalihkan investasi mereka dari saham ke emas, obligasi, dan deposito yang memiliki risiko rendah.
Pekan lalu saja RTI Infokom mencatat investor asing jual bersih di seluruh pasar sebesar Rp4,17 triliun. Di tengah kecemasan akan ketidakpastian penyelesaian virus corona, Alfred menyarankan para investor untuk lebih jeli dalam berinvestasi.
[Gambas:Video CNN]Menurutnya, sektor-sektor solid dapat dijadikan pilihan. Sektor tersebut salah satunya perbankan dan telekomunikasi.
Sampai dengan saat ini, sektor tersebut memiliki kinerja cukup baik. Tak hanya itu, sektor tersebut juga memiliki ketahanan atau resilience yang kuat terhadap goncangan yang terjadi karena fundamental emiten kedua sektor yang bagus.
"(Sektor) perbankan dan telekomunikasi saya lihat cukup baik. Artinya jika pasar akan turun, dua sektor tersebut kemungkinan dapat bertahan," katanya.
Ia mengakui untuk sektor perbankan, kinerjanya sempat anjlok pada perdagangan minggu lalu. Sebagai catatan, pada perdagangan minggu lalu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memimpin pelemahan sebesar 7,91 persen dengan indeks ditutup ke level 7.275 pada perdagangan Jumat. Serupa, perusahaan BUMN lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) terkoreksi 7,1 persen ke level 4.190.
Sementara, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) meski berhasil bertahan pada perdagangan Jumat (28/2), namun sepanjang minggu lalu perusahaan melandai sebesar 4,91 persen ke harga Rp31.450 per sahamnya.
Namun Alfred memperkirakan tekanan akan berkurang pada pekan ini. Setelah koreksi yang cukup signifikan, dirinya menyebut perbankan akan menjadi sektor defensif pada perdagangan pekan ini.
Alfred menargetkan BBRI melaju pada rentang harga Rp3.800 hingga Rp4.270 sementara BMRI di kisaran Rp6.400 - Rp7.425.
"Walau koreksi minggu lalu cukup banyak untuk perbankan, tapi kalau dibandingkan dengan
year to date perbankan masih bagus. Jadi kami katakan perbankan minggu ini masih akan cukup solid," sebut Alfred.
Untuk sektor telekomunikasi, dia mengungkap PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. sebagai saham pilihannya minggu ini. Pada penutupan Jumat lalu (28/2), TLKM diapresiasi pasar sebesar 0,58 persen ke level 3.490 walau sempat tertekan pada perdagangan awal pekan lalu.
Perusahaan lapis satu itu terpantau memiliki kinerja relatif baik dengan laba pada Kuartal III 2019 dilaporkan sebesar Rp16,45 triliun. Dengan perbandingan pendapatan kuartal IV 2018, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 3,45 persen menjadi Rp102,63 triliun pada kuartal III 2019.
"Untuk Telkom saya perkirakan akan berada di range harga Rp3.250 hingga Rp3.600," katanya.
Sepaham, analis Panin Sekuritas William Hartanto menyebut ketakutan akan virus corona masih akan menjadi sentimen negatif pasar saham. Oleh karena itulah, ia menyarankan investor untuk memantau pergerakan teknis IHSG.
Pasalnya, sentimen pendongkrak IHSG secara global mau pun domestik sampai dengan saat ini masih minim. Tipsnya, kata William, investor jangan gegabah dan menunggu (
wait and see) dalam melihat potensi rebound.
"Sarannya wait and see, kecuali ada potensi teknikal rebound,
golden cross bisa dimanfaatkan karena ada potensi penguatan jangka pendek. Tren turun juga pasti ada
rebound-nya," ungkapnya.
Dia menambahkan, sebaiknya investor menghindari resiko mengoleksi saham-saham lapis dua dan tiga di tengah aksi jual saham dan pengalihan modal ke aset aman atau
safe haven.
William menilai pemberlakuan aturan IMEI yang kian dekat yaitu pada 18 April 2020 dapat menjadi pendongkrak saham sektor telekomunikasi. Dia merekomendasikan saham PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), perusahaan ritel dan distributor perangkat elektronik.
[Gambas:Video CNN]Meski kinerja ERAA memerah di atas 10 persen pada perdagangan minggu lalu namun perusahaan terpantau memiliki fundamental yang baik. Performa perusahaan selama 6 bulan belakangan tercatat naik 6,58 persen dengan harga per lembarnya sebesar Rp1.620.
"Erajaya Swasembada rekomendasi beli Rp1.600 hingga Rp1.620, harga target Rp1.700 namun waspada saat turun di area Rp1.500," paparnya.
(agt)