Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (
OJK) mendorong
pengusaha untuk terus melakukan produksi dan tidak menunggu ekonomi China pulih dari tekanan
virus corona (covid-19). Hal itu dilakukan agar kredit terus tumbuh dan kualitas kredit bank tetap terjaga.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan wabah virus corona memang menghambat roda industri China yang memegang peran penting dalam rantai pasok industri dan perdagangan dunia, termasuk Indonesia. Akibat wabah tersebut, industri bahan baku China tidak berjalan dan mengganggu produksi industri nasional.
Bila itu terjadi, dampak lanjutannya adalah pendapatan industri menurun dan akan mengganggu kelancaran pengembalian kredit kepada bank. Perbankan nasional pun berisiko terkena getahnya, seperti pertumbuhan kredit melambat dan kualitas kredit memburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ingin hal ini terjadi, Wimboh mengimbau agar para pengusaha tetap melangsungkan produksi tanpa menunggu China. Caranya, dengan melakukan diversifikasi sumber bahan baku yang semula didapat dari Negeri Tirai Bambu ke sumber-sumber lain.
"Terserah bagaimana di lapangan, pengusaha tentu dapat melakukan diversifikasi, kecuali hanya menyerah, jangan sampai menyerah," kata Wimboh, Kamis (5/3).
Di sisi lain, sambungnya, pengusaha perlu terus menggenjot produksi karena wasit lembaga keuangan sudah memberikan stimulus berupa pelonggaran tingkat kolektabilitas. Semula, OJK menerapkan tiga pilar kolektabilitas, yaitu kemampuan pengembalian pokok kredit dan bunga, prospek usaha debitur, dan kondisi keuangan debitur.
Namun kini, otoritas memberi pelonggaran dengan hanya memperhitungkan kemampuan pengembalian pokok kredit dan bunga debitur. Bila debitur bisa memenuhi hal tersebut, kucuran kredit bisa terus diberikan bank tanpa khawatir ada risiko kredit macet.
Dengan begitu, debitur pun punya kekuatan modal untuk menjalankan operasional produksi, termasuk memenuhi kebutuhan bahan baku dari sumber lain, di luar China. "Ini memberi kelonggaran dan artinya pengusaha bisa berusaha," ujarnya.
OJK pun meminta bank agar segera mengimplementasikan pelonggaran ini kepada debitur. Apalagi, Bank Indonesia (BI) turut memberi pelonggaran batas cadangan bank di bank sentral atau dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM).
Artinya, ada dukungan likuiditas yang memadai di bank untuk mengalirkan kredit ke dunia usaha. Tak ketinggalan, bank juga seharusnya bisa memberikan tingkat bunga kredit yang lebih rendah karena BI juga sudah menurunkan tingkat suku bunga acuannya (7
Days Reverse Repo Rate/7DRRR).
"Jadi supaya semua kebijakan dipahami perbankan dan ditransmisikan dengan baik ke sektor riil, sehingga sektor riil dapat kemudahan untuk melakukan usaha dan dampaknya (tekanan virus corona) ke ekonomi bisa diminimalkan," terangnya.
Bahkan, Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menambahkan otoritas siap menambah stimulus bagi bank dan dunia usaha bila diperlukan. Misalnya, ketika tekanan virus corona semakin membebani keduanya.
[Gambas:Video CNN]Kendati begitu, stimulus tambahan baru akan diberikan usai OJK mengevaluasi kinerja industri jelang akhir paruh pertama tahun ini.
"Kami lihat lagi,
review setiap enam bulan, kemudian juga melakukan analisis jika dampak terus meluas, tidak menutup kemungkinan kami buat lagi kebijakan lanjutan," tutur Heru.
(uli/sfr)