Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Erick Thohir menyoroti utang PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk akibat penyebaran
virus corona. Sebab, sektor penerbangan menjadi salah satu yang kena dampak parah pandemi itu.
"Garuda Indonesia salah satunya yang sedang kami fokuskan," ujarnya melalui
video conference, Jumat (20/3).
Sebagaimana diketahui, penyebaran virus corona membuat masyarakat menunda perjalanan mereka. Bahkan, beberapa negara telah melakukan kebijakan
lockdown. Pemerintah juga mengimbau warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, utamanya pada negara terdampak virus corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, Erick mengatakan kondisi yang dialami Garuda Indonesia juga menimpa seluruh perusahaan maskapai di dunia.
"Itu sudah global, semua orang bisa melihat. Jadi bukan sesuatu yang ditutupi. Memang semua, apalagi umroh haji tidak ada, sekarang Australia tutup penerbangan, Garuda pasti terdampak," imbuhnya.
Untuk utang BUMN lainnya, ia menyatakan posisinya cukup aman. Namun demikian, ia mengaku akan meminta bantuan kepada perbankan pelat merah guna meringankan sektor terdampak, termasuk sektor penerbangan.
"Kalau ada hubungannya dengan pemerintah seperti PLN atau yang bersubsidi, itu bukan termasuk utang, hanya masalah
cash flow, dan pemerintah memastikan hal ini terjamin,"ucapnya.
Hingga kuartal III 2019, perusahaan dengan kode saham GIAA itu mencatatkan liabilitas sebesar US$3,43 miliar. Angka itu naik 2,04 persen dari periode yang sama tahun lalu US$3,5 miliar.
BUMN Siap RugiErick mengatakan di tengah tekanan virus corona, perusahaan pelat merah siap merugi. Pasalnya, pandemi itu tak hanya menyerang kesehatan namun juga memberikan dampak negatif kepada perekonomian. Tak ayal, jika kinerja BUMN juga ikut terpengaruh.
"Lalu banyak yang tanya bagaimana pendapatan BUMN? Ya kami harus siap rugi, bukan rugi-rugian tapi karena kondisi di dunia seperti ini," katanya.
Bahkan, ia mengaku akan menjalankan
stress test kepada BUMN terdampak. Di samping itu, ia juga mengakui terdapat potensi penerimaan dividen meleset dari target. Tahun ini, target dividen yang disepakati sebesar Rp49 triliun naik dari sebelumnya Rp48 triliun. Secara umum, ia mengaku kondisi saat ini berat.
"Jujur saja pasti berat karena kondisi ini. Yang tadinya kami mau tingkatkan (dividen), cuma karena kondisi ini, lebih baik daripada saya membohongi diri sendiri, ini
impact luar biasa. Kami berharap tahun depan dividen bisa tetap, tapi bukan tidak mungkin tidak tercapai," katanya.
[Gambas:Video CNN] (ulf/age)