Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) pesta pora pada perdagangan pekan lalu, setelah terguling di zona merah dalam beberapa waktu terakhir di tengah pandemi
virus corona. Indeks
saham tercatat menguat 4,67 persen ke level 4.545 pada akhir pekan lalu atau posisi tertingginya dalam dua pekan terakhir.
Indeks berpesta usai stimulus AS sebesar US$2 triliun demi menyelamatkan ekonominya di tengah pandemi virus corona. Namun, sebetulnya pelaku pasar telah memproyeksikan momentum penguatan tersebut.
Hendra Martono, CEO dan Founder Ara Hunter mengatakan euforia dari suntikan dana Pemerintahan Donald Trump sudah diperkirakan dan dinilai tidak akan bertahan lama. Bahkan, pergerakan IHSG pekan ini cenderung tertekan akibat aksi ambil untung (profit taking).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada sesi kedua perdagangan Jumat (27/3), terlihat aksi ambil untung, meski belum masif. Kemungkinan IHSG akan terkena tekanan jual," ujarnya, Senin (30/3).
Memang, ia melanjutkan, terlalu dini menilai indeks rebound, mengingat investor masih mencermati ketidakstabilan akibat pandemi corona di berbagai belahan negara.
Namun, masih ada secercah harapan di saham sektor keuangan. Apalagi, likuiditas sektor keuangan, terutama perbankan, pun masih tinggi. Hendra merekomendasikan saham pilihan di sektor keuangan, yakni BBRI dan BBCA.
Sekadar gambaran, pada perdagangan pekan lalu, saham BBRI mengilap tumbuh 10,24 persen ke posisi Rp3.230. Bahkan, sempat bertengger ke posisi Rp3.670.
Jika BBRI bisa menyentuh posisi Rp3.300 per saham, investor direkomendasikan untuk mengoleksi dan dijual dengan target Rp3.600.
BBCA juga dapat dilirik kembali jika mampu menembus posisi Rp28.140. Pekan lalu, saham bank swasta nomor wahid itu dibanderol Rp27.550.
[Gambas:Video CNN]Dengan catatan, investor terus memantau kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap industri keuangan. Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan relaksasi berupa penundaan pembayaran cicilan kredit Usaha Mikro dan Kecil (UMK) hingga 1, termasuk cicilan pembiayaan kendaraan bermotor roda dua dan mobil.
Tetapi, relaksasi Jokowi untuk mengurangi dampak tekanan usaha dari pandemi corona tersebut masih perlu tindak lanjut dari OJK. Apabila kebijakan ini diterapkan, diyakini akan memberikan sentimen positif bagi industri dan pasar keuangan ke depannya.
"Kalau ternyata sektor keuangan masih naik, boleh dibeli. Kalau tidak, tahan beli atau lebih baik manfaatkan kesempatan untuk taking profit (mengambil untung)," tutur dia.
Yang juga tidak boleh dilupakan, menurut Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo, yaitu sektor pertambangan. Saham sektor tambang tengah berseri-seri usai stimulus ekonomi AS, khususnya saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45.
Salah satunya ANTM yang melejit 27,07 persen pada perdagangan pekan lalu. Pada penutupan akhir pekan, ANTM menorehkan prestasi dengan pertumbuhan 10,58 persen yang mengantarkan harga sahamnya ke level Rp460. "Harga Target ANTM Rp478 per saham," ucapnya.
Saham INCO juga dapat dijadikan pilihan. Tak tanggung-tanggung, INCO melenit 38,89 persen usai sempat terpuruk ke harga Rp1.450 per saham. Dengan harga penutupan di posisi Rp2.000 per saham, Lucky menargetkan harga beli di kisaran Rp2.080.
Saham lain yang dapat dikoleksi, yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Saham berkode emiten PTBA tersebut juga mencatatkan kinerja gemilang pekan lalu. PTBA menguat 37,37 persen ke posisi Rp2.040 per sahamnya.
Lucky juga menyarankan para investor untuk memantau beberapa saham pertambangan lainnya, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Alternatif lainnya, sambung Lucky, sektor otomotif juga masih bisa dilirik dengan saham pilihannya, yaitu PT Astra International Tbk (ASII).
 Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika). |
Saham TelekomunikasiKepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan menyebut di tengah masa konsolidasi saat ini, ia mengingatkan para investor menahan diri untuk berbelanja saham.
Ia khawatir jumlah korban virus corona yang terus meningkat di dalam negeri akan menekan psikologis pasar. Perkiraannya, pekan ini IHSG akan bergerak di rentang 4.300-4.600.
Namun, kalau pun investor ingin berbelanja saham, ia menyarankan untuk investasi jangka menengah-panjang. Rekomendasinya, sektor telekomunikasi dapat menjadi pilihan seiring naiknya permintaan dan kebutuhan masyarakat yang bekerja dari rumah.
"Untuk telekomunikasi ada aktivitas peningkatan data, dengan masyarakat bekerja dari rumah kebutuhan data menjadi semakin tinggi. Ukuran fundamental dibandingkan tahun lalu juga membaik," terang Alfred.
Meski demikian, ia tidak memberi harga target beli, namun saham utama telekomunikasi, seperti TLKM dan ISAT layak dilirik.
(wel/bir)