Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) terus berkoordinasi dengan pemerintah guna mengantisipasi kondisi
resesi ekonomi dunia di tengah pandemi virus corona (covid-19).
Sebelumnya, lembaga Dana Moneter Internasional (
International Monetary Fund/IMF
) memperkirakan resesi ekonomi dunia akan terjadi karena pandemi virus corona memperlambat roda ekonomi dalam waktu yang cukup lama. Resesi sendiri merupakan kondisi penurunan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut.
"Kami terus melakukan diskusi dan koordinasi intens dengan Presiden Joko Widodo, terutama Menteri Keuangan (Sri Mulyani Indrawati), kalau global itu resesi, maka dampak langsungnya ke Indonesia seperti apa?" ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (31/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Perry, bila resesi benar-benar terjadi maka dampak ke sektor ekonomi sejatinya tidak hanya mencederai laju perdagangan global, baik ekspor maupun impor. Namun, juga akan mengganggu laju investasi, sektor industri lain, hingga mobilisasi masyarakat.
Tak ingin hal ini terjadi, BI dan pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan stimulus di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, khususnya bagi lembaga jasa keuangan. Mulai dari perbankan, asuransi, pembiayaan, hingga dana pensiun.
Selain itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus memantau kondisi Indonesia melalui berbagai protokol pemantauan. KSSK terdiri dari Kementerian Keuangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
"Saat ini, kami sudah lakukan koordinasi dan pemerintah sedang finalisasi bagaimana perkiraan-perkiran yang baru dan stimulus apa yang diperlukan lagi. Semuanya tunggu pengumuman resmi dari pemerintah," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan IMF memperkirakan laju ekonomi dunia akan negatif pada tahun ini akibat tekanan pandemi corona. Proyeksi ini jatuh cukup jauh dari estimasi awal sebesar 3,1 persen.
[Gambas:Video CNN]Hal ini membuat IMF berencana menggelontorkan dana bantuan senilai US$1 triliun kepada negara-negara berkembang yang membutuhkan bantuan untuk penanganan pandemi corona. IMF juga tengah mengkaji penambahan stimulus bantuan sebesar US$500 miliar.
Sementara untuk laju ekonomi Indonesia, Sri Mulyani memperkirakan skenario terburuk pertumbuhan bisa berada di kisaran 0 persen sampai 2,5 persen pada tahun ini. Proyeksi ini jauh lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi di APBN 2020 sebesar 5,3 persen.
Kendati begitu, BI masih lebih optimis dari pemerintah. Proyeksi bank sentral, ekonomi Indonesia secara keseluruhan masih bisa tumbuh di kisaran 4,2 persen sampai 4,6 persen.
(uli/sfr)