Harga Minyak Jatuh, Sempat Mendaki Karena Produksi Dipangkas

CNN Indonesia
Selasa, 09 Jun 2020 08:20 WIB
Pemandangan tempat penampungan minyak di Tanjung Sekong, Banten, Rabu (23/3). Kementerian ESDM menyatakan kemungkinan turunnya harga premium dan solar jika melihat parameter harga minyak dunia yang terus berada pada kisaran 30 dolar AS per barel dan nilai tukar rupiah yang stabil pada kisaran Rp13.000 per dolar AS. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/ama/16.
Harga minyak jatuh lebih dari tiga persen setelah Arab Saudi dan dua produsen lainnya menegaskan tidak akan memangkas produksi lebih dari 1 juta barel. Ilustrasi kilang minyak. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia jatuh lebih dari tiga persen, setelah Arab Saudi dan dua negara produsen lainnya menegaskan tidak akan menambah jumlah produksi minyak yang dipangkas lebih dari 1 juta barel.

Padahal, satu hari sebelumnya, negara-negara produsen minyak (OPEC) bersama sekutu atau OPEC+ sepakat memperpanjang pemangkasan produksi hingga 9,7 juta barel per hari, yang berhasil mengangkat harga naik di tengah jatuhnya permintaan karena pandemi virus corona.

Mengutip Antara, Selasa (9/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun US$1,50 atau 3,6 persen menjadi US$40,80 per barel di London ICE Futures Exchange. Angka turun ini pertama kalinya setelah sepekan terakhir harga minyak terus menerus menanjak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli kisut US$1,36 atau 3,4 persen menjadi US$38,19 per barel di New York Merchantile Exchange.

OPEC+ tadinya sepakat untuk mempertahankan pemangkasan produksi minyak yang jumlahnya sekitar 10 persen dari pasokan global hingga Juli.

Namun, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kerajaan dan sekutu teluk, yaitu Kuwait dan Uni Emirat Arab, tidak akan melanjutkan tambahan 1,18 juta barel per hari dalam kebijakan pengurangan produksi.

"Terlalu bagus menjadi kenyataan untuk memangkas hampir 11 juta barel per hari selama sebulan," kata Analis Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.

Sementara itu, produsen minyak AS telah membuka kembali sumur yang ditutup karena harga telah rebound.

Analis mengatakan ini dapat mengurangi pemulihan permintaan yang rapuh dan melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga. Di sisi lain, Arab Saudi mulai menaikkan harga mengantisipasi permintaan yang lebih kuat.

"Produksi AS kembali ke pasar, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar di Saudi (harga) akan membunuh margin penyulingan yang sudah kesulitan di Asia," terang Direktur Berjangka Energi Mizuho Bob Yawger di New York.

Pembelian minyak China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mencapai rekor tertinggi 11,3 juta barel per hari pada Mei.

[Gambas:Video CNN]

(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER