Jakarta, CNN Indonesia -- Laba
bank raksasa
HSBC rontok 48 persen pada kuartal I 2020 menjadi US$3,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Manajemen HSBC menyebut laba kotor perusahaan tersisa separuh karena pukulan bisnis di tengah pandemi
virus corona.
Pukulan bisnis paling terasa dari melonjaknya kredit macet yang dibukukan perusahaan. Secara nilai, kredit bermasalah (nonperforming loan) berkisar US$2,4 miliar-US$3 miliar per kuartal I ini. Jumlah kredit macet itu terbesar dalam sembilan tahun terakhir.
"Dampak ekonomi dari pandemi covid-19 yang dirasakan nasabah menjadi pendorong utama perubahan kinerja keuangan kami," ujar CEO HSBC Noel Quinn, dilansir AFP, Selasa (28/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Quinn, perusahaannya telah memerangi banyak ketidakpastian sejak dua tahun terakhir ketika genderang perang dagang berkumandang antara AS-China. Banyak bisnis yang terganjal akibat perseteruan dagang tersebut yang memengaruhi portofolio kredit di HSBC.
Bisnis perusahaan yang banyak berkonsentrasi di Asia itu semakin babak belur setelah penyebaran penyakit covid-19 meluas.
Awal tahun ini, HSBC mengumumkan rencana PHK terhadap 35 ribu karyawannya, terutama dari divisi di Amerika Serikat dan Eropa.
Namun, karena pandemi covid-19, perusahaan mengonfirmasi jumlah karyawan yang terkena PHK akan lebih banyak lagi dari yang direncanakan.
Quinn memperingatkan wanprestasi akan meningkat semakin lama pandemi corona berlangsung. Diperkirakan, nilai kredit macet menembus US$7 miliar-US$11 miliar hingga akhir tahun nanti.
"Risiko terbesar saat ini datang dari sektor minyak dan gas, transportasi dan konsumen," imbuh dia.
[Gambas:Video CNN] (bir/agt)