Rupiah Hajar Dolar AS, Kurs di Bawah Rp15 Ribu

CNN Indonesia
Kamis, 30 Apr 2020 13:38 WIB
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.002 per dolar AS pada perdagangan pasar spot, Jakarta, 18 April 2019. Rupiah melesat 0,59 persen terhadap dolar AS dibandingkan Selasa (16/4) di angka Rp14.085 per dolar AS. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)
Rupiah menguat hingga di bawah Rp15 ribu per dolar AS pada perdagangan Kamis (30/4). Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah menguat signifikan siang ini ke level Rp14.895 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda ini naik 400 poin atau 2,62 persen dari penutupan sebelumnya yang masih bertengger di area Rp15.295 per dolar AS.

Penguatan rupiah sudah tampak sejak pagi tadi. Rupiah terpantau dibuka di level Rp15.162 per dolar AS.

Sementara, rupiah hari ini bergerak dalam rentang Rp14.895 per dolar AS hingga Rp15.162 per dolar AS. Kemudian, dalam tiga bulan terakhir rupiah bergerak berkisar Rp13.595 per dolar AS hingga Rp16.640 per dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pergerakan rupiah rupanya sejalan dengan mata uang di Asia. Tercatat, won Korea Selatan menguat 1,16 persen, baht Thailand 0,32 persen, dan dolar Singapura 0,18 persen.

Begitu pula dengan yuan China yang menguat 0,36 persen, ringgit Malaysia 0,71 persen, yen Jepang 0,22 persen, dan peso Filipina 0,17 persen. Sementara, dolar Hong Kong justru terkoreksi tipis 0,01 persen.

Di sisi lain, mayoritas mata uang negara terpantau melemah. Dolar Australia tercatat minus 0,02 persen, euro Eropa 0,07 persen. Kemudian, poundsterling Inggris berhasil menguat tipis 0,01 persen, dan dolar Kanada 0,01 persen.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menyatakan penguatan rupiah kali ini dipengaruhi oleh sikap bank sentral AS. Menurutnya, pasar merespons positif keputusan The Fed yang masih mempertahankan suku bunga acuan di nol persen.

Sementara, faktor positif lainnya, antara lain harga minyak yang mulai bangkit (rebound), pelonggaran lockdown di sejumlah negara karena kasus virus corona yang mulai menurun, dan aktivitas manufaktur China yang mulai tumbuh pada April 2020.
(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER