PSBB Bandung dan Percikan Rezeki untuk Penjual Sarung Tangan

CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2020 12:12 WIB
Para penjual sarung tangan dan masker di Jalan Rajawali, Kota Bandung. (CNNIndonesia/Huyogo)
Para penjual sarung tangan dan masker di Kota Bandung. (Indonesia/Huyogo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tangan Ade tak henti melambai ke arah pengendara roda dua yang berseliweran di jalan Rajawali, Kota Bandung, pada Rabu (6/5) itu. Tanpa ada rasa takut Ade menyodorkan benda kain dengan berbagai warna kepada siapapun yang melintas.

Matanya juga terus mengamati pengendara yang melewati pos pemeriksaan petugas pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pos tersebut berjarak sekitar 100 meter dari tempat ia berdiri menjajakan barang dagangan.

"Silakan sarung tangannya, ada masker juga," ucap wanita 47 tahun itu kepada para pengendara motor yang melintas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ade merupakan satu dari sekian banyak pedagang musiman di jalan Rajawali. Mereka mencari nafkah hampir setiap hari di pos tersebut sejak PSBB diberlakukan di Bandung Raya berlangsung sejak 22 April lalu.

Saat pengendara tak memakai sarung tangan dan menghentikan laju kendaraan, itu berarti harapan buat Ade. Paling tidak sarung tangan atau masker dagangannya bisa laku terjual.

Insert Artikel Pembatasan Transportasi Saat PSBB
Bagi pengendara yang lupa atau belum punya sarung tangan dan masker, keberadaan orang seperti Ade sangat membantu. Sebab dalam kebijakan PSBB ini pengendara wajib mematuhi protokol kesehatan.

Sebaliknya bagi orang seperti Ade, celah untuk mengurangi pelanggaran selama PSBB ini adalah berkah. Hal itu ia rasakan dengan hasil penjualan barang yang ia peroleh dari salah satu pabrik di Bandung itu.

Ade mengaku dalam sehari ia bisa mengantongi keuntungan mencapai Rp150 ribu. Ia menawarkan satu buah sarung tangan Rp10 ribu dan satu masker dibanderol Rp5 ribu.

"Kalau kondisi cuaca bagus (tidak hujan) dan banyak yang belum pakai, hasilnya lumayan," ucap wanita yang tinggal di kawasan Sudirman itu.

Meski meraup untung, Ade sebenarnya menyimpan rasa cemas karena terpaksa keluar rumah di tengah anjuran untuk tetap berada di rumah selama pandemi virus corona. Namun, rasa cemas itu tak lebih besar dibandingkan kekhawatiran jika suami dan anaknya tidak bisa makan.

"Awalnya saya dagang makanan di Gasibu, kadang ke pasar kaget juga. Tapi karena PSBB kegiatannya dihentikan sementara," ujarnya.

Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Ade memilih berjualan sarung tangan dan masker. Ia pun baru berjualan di dekat titik pemeriksaan baru beberapa hari.

"Buat cari penghasilan ya akhirnya jual sarung tangan sama masker ini. Apalagi suami juga baru dirumahkan dari pekerjaannya," ungkapnya.

Ade mengaku akan tetap berjualan selagi stok barangnya masih ada. Himpitan situasi ekonomi tak membuatnya putus asa di tengah pandemi virus corona seperti sekarang ini.

[Gambas:Video CNN]

Sementara itu, pedagang lain yang turut mendapat berkah dari berjualan sarung tangan dan masker di pos pemeriksaan PSBB adalah Santo (37). Ia berjualan di dekat titik pemeriksaan Jalan Raya Cimindi sebagai pintu masuk Kota Cimahi.

Hanya saja, Santo memilih berjualan sarung tangan. Satu sarung tangan ia hargai Rp10 ribu.

"Kalau saya cuma jualan sarung tangan. Masker udah nggak jual lagi karena hampir kebanyakan sudah pakai," katanya.

Dalam sehari, Santo bisa meraup keuntungan 100-150 ribu. Serupa dengan Ade, ia harus memenuhi kebutuhan makan keluarga.

"Kalau saya memang bekerja sebagai pedagang. Sejak PSBB Kota Cimahi, saya sudah berjualan," kata pria asal Cikalong itu. (hyg/jal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER