Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonomi
Jepang minus 0,9 persen pada kuartal I 2020 jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penurunan produk domestik bruto (
PDB) ini telah menyeret Jepang masuk ke dalam
resesi. Walaupun, penurunan tersebut lebih kecil dari proyeksi para analis yang berada di kisaran 1,2 persen. Jepang telah mengalami pelemahan dua kuartal berturut-turut.
Sejak akhir tahun lalu, ekonomi Jepang sudah mulai kontraksi. Negara matahari terbit tersebut sedang memasuki masa pemulihan usai Topan Hagibis yang 'memukul' Jepang dan kenaikan pajak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PBD Jepang tercatat minus 1,9 persen pada kuartal IV 2019 lalu. Dikutip dari
CNN, jika dibandingkan secara tahunan (YoY), perekonomian Jepang turun hingga 3,4 persen.
Penurunan ini masih diprediksi berlanjut ke kuartal berikutnya. Pasalnya, dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pandemi virus corona diprediksi akan memperburuk kondisi negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia.
"Penurunan tajam dalam output pada kuartal pertama menunjukkan penyebaran virus telah memberikan pukulan signifikan terhadap aktivitas ekonomi pada Maret," tulis Ekonom Capital Economics Jepang Tom Learmouth, Senin (18/5).
Learmouth memprediksi angka pertumbuhan ekonomi Jepang akan lebih buruk pada kuartal II 2020. Dia bahkan melihat Jepang bisa turun hingga 12 persen dari kuartal sebelumnya.
Konsumsi swasta yang memiliki kontribusi lebih dari setengah perekonomian Jepang turun 0,7 persen. Penurunan ini sudah terjadi sebelum pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat nasional dan penutupan ritel.
Sementara ekspor yang memiliki porsi 16 persen dalam perekonomian Jepang telah menyusut hingga 6 persen pada kuartal I 2020. Penyusutan ini menjadi yang terbesar untuk sektor ekspor sejak 2011. Saat itu, Jepang dihantam gempa bumi dan tsunami.
"Ini hanya puncak gunung es. April dan Mei akan jauh lebih buruk," tegas Learmouth.
Hingga saat ini, Pemerintah Jepang telah mengumumkan paket stimulus sekitar US$1 triliun untuk melindungi ekonomi dari pandemi corona.
Jumlah tersebut setara dengan sekitar 20 persen dari
output tahunan Jepang. Pemerintahan Shinzo Abe kemungkinan akan mengumumkan lebih banyak stimulus di akhir Mei.
[Gambas:Video CNN] (age/bir)